View Full Version
Senin, 28 Oct 2019

Sumpah Pemuda untuk Kebangkitan Bangsa

 

Oleh:

Ainul Mizan*

 

TANGGAL 28 Oktober, teringat akan satu momen bersatunya pemuda untuk berikrar, yang dikenal dengan Sumpah Pemuda. Waktu itu para pemuda menyatakan 3 penegasan akan kesatuan tanah air, bangsa dan bahasa yakni Indonesia.

Penjajahan yang dialami bangsa Indonesia telah meneguhkan perlawanan kaum muda. Dari berbagai daerah dengan latar belakang adat yang berbeda harus bersatu mempunyai tekad yang sama guna membebaskan bangsa dan tanah Indonesia dari penjajahan.Tidak boleh ada pengkhianatan dari bangsa sendiri. Selama mereka diikat dengan kesatuan tanah air, bangsa dan bahasa harus bangkit melawan penjajahan. Di samping itu, sumpah pemuda telah menguatkan tekad untuk mempertahankan bumi Indonesia dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

"Barang siapa yang mati demi untuk mempertahankan hartanya, maka ia telah mati syahid".

Yang termasuk harta bagi bangsa Indonesia adalah tanah Indonesia dan semua kekayaan yang terkandung di dalamnya. Baik kekayaan alam berupa hasil laut, hasil hutan, bahan tambang dan sumber - sumber energi seperti minyak bumi, batu bara dan lainnya.

Kekayaan alam merupakan harta milik umum, milik rakyat Indonesia. Dalam hal ini, Rasul Saw bersabda yang artinya: Manusia itu berserikat dalam 3 hal yakni dalam air, api dan padang gembalaan.

Dalam 3 komoditas yakni air berupa sungai, lautan, telaga, mata air dan hasilnya berupa ikan dan lainnya; api berupa sumber energi, dan padang gembalaan berupa hutan dan semua hasilnya, adalah milik seluruh rakyat Indonesia. Tentunya harus dipertahankan dari semua upaya dholim yang ingin mengambilnya, merampasnya termasuk yang ingin mengangkanginya demi untuk kepentingannya sendiri dan keuntungan usahanya dalam bentuk menswastanisasinya.

Sumpah Pemuda menjadi bagian dari aktivitas politik para kaum muda dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Aktivitas politik untuk mendidik kaum muda agar peduli dengan nasib bangsa dan negaranya. Penjajahan dan ketidakadilan harus dihilangkan. Kaum muda yang masih memiliki kesempurnaan fisik dan intelektual tidak boleh terlena oleh gemerlapnya dunia dan hanya menjadi pelayan bagi memperoleh semua kesenangannya sendiri.

Saat ini sangatlah relevan untuk merefleksikan spirit Sumpah Pemuda. Realitasnya memang bangsa Indonesia telah merdeka dari penjajahan fisik. Tidak ada pasukan kolonial yang petentang - petenteng memanggul senjata. Akan tetapi bangsa dan negeri ini masih berada dalam penjajahan yang tidak bersifat fisik. Penjajahan dalam bidang budaya, politik, ekonomi dan keamanan masih membayangi bangsa ini.

Turunnya mahasiswa dan siswa SMK dalam demonstrasi besar - besaran menuntut RUU bermasalah, masih maraknya persekusi terhadap ulama yang tegas dalam melakukan muhasabah kepada penguasa, hilangnya rasa tidak aman bagi warga negara di negerinya sendiri; sebagai contoh kasus kemanusiaan di Wamena yang dimotori oleh kelompok separatis OPM yang membantai penduduk pendatang, termasuk praktek politik opportunis yang dipertontonkan oleh para politisi dan pejabat negara. Bagi - bagi jabatan hingga mengabaikan kepentingan rakyatnya.

Sementara di sisi yang lain, kaum muda dan generasi milenial menjadi korban kehidupan hedonis. Pergulan bebas, menjamurnya budaya K-pop, telah menumpulkan kepekaan sosial dan politik kaum muda.

Oleh karena itu sangatlah urgen untuk dilakukan penguatan kembali akan identitas kaum muda sebagai agen perubahan masyarakat. Sangat perlu dilakukan deklarasi atau Sumpah Pemuda kedua kalinya guna mengambil spirit perjuangan Sumpah Pemuda pertama guna membebaskan bangsa dan kedholiman dari semua bentuk penjajahan. Agar semakin menguat dan membuncah semangat persatuan dan perjuangan kaum muda, maka asas keimanan harus melandasinya. Dengan keimanan inilah, suara lantang kaum muda akan terarah tidak bisa dibelokkan dan dimanipulasi. Perjuangan kaum muda akan terus menuju Indonesia mjadi negeri yang sejahtera dalam naungan ridho ilahi dengan tatanan yang bersumber dari spirit keimanan.*Penulis tinggal di Malang, Jawa Timur

 


latestnews

View Full Version