View Full Version
Senin, 10 Feb 2020

Pak Andre Rosiade, Bukankah di DPR Banyak Juga ‘Pelacuran’?

 

Oleh:

Asyari Usman, Wartawan Senior

 

PROFESI sebagai pekerja seks komersial (PSK), termasuk pelacuran atau prostitusi online (PO), tidaklah ideal. Terkutuk di mata Allah SWT dan tercela di mata manusia. Seharusnya, atau idealnya, di Indonesia tidak ada lagi PSK maupun PO.

Anggota DPRRI dari Partai Gerindra, Andre Rosiade, termasuk yang resah melihat praktik PO yang semakin marak. Khususnya di kota Padang.

Andre mengajak Polda Sumbar melakukan penggerebekan pada 26 Januari 2020. Kata Andre, masyarakat merasa resah terhadap PO yang menggunakan aplikasi MiChat. Banyak laporan warga.

Bersama Polda Sumbar, Andre melakukan operasi yang mirip ‘investigative journalism’. Dia menjebak seorang wanita berusia 26 tahun. Di kamar hotel berbintang. Di Padang.

Andre membawa wartawan untuk meliput penggerebakan. Jebakan ini berhasil. Wanita itu ditahan polisi. Juga pria yang menjadi agen alias mucikari. Jebakan ini melibatkan seorang laki-laki yang berperan sebagai pemakai jasa seks PO. Diduga berat, dia adalah orang suruhan Andre.

Terlalu panjang ‘muqaddimah’ tulisan ini. Tetapi perlu. Agar kita bisa bertanya kepada Andre Rosiade apakah tidak ada masalah lain yang lebih penting untuk digarap? Untuk dibuatkan jebakannya?

Upaya untuk melenyapkan PSK dan PO sangat perlu dilakukan. Andre Rosiade juga boleh turun tangan. Tetapi, bukankah isu-isu besar yang menyangkut kepentingan rakyat kecil dan penyelamatan kekayaan negara jauh lebih mendesak untuk ditangani? Apakah Andre sudah kehabisan gagasan dan kurang kerjaan?

Kalau politisi Gerindra ini merasa kurang kerjaan, bisa dimaklumi. Ini ada saran dari rakyat supaya dia bisa bekerja efektif. Pekerjaan itu mirip dengan operasi jebakan PO di Padang.

Begini, Bung Andre. Di lingkungan kerja Anda, DPRRI, terbukti banyak juga “pelacur”. Yaitu, para pelacur kekuasaan. Prostitusi politik. Cuma, mereka tidak online. Sudah banyak yang tertangkap selama ini.

Mereka menawarkan jasa “nikmat” kepada para cukong yang memerlukannya. Memberikan rasa syur kepada penikmat “kekuatan main” yang dimiliki para “pelacur” di Senayan.

Para “pelacur” itu mampu memberikan kepuasan kepada klien-klien kelas tinggi. Imbalannya tentu tidak kecil. Ada “mucikari” juga.

Prostitusi politik off-line ini tentulah sangat memalukan. Dan juga merendahkan martabat DPRRI.

Nah, mengapa Pak Andre tidak terpikir untuk menjebak para “pelacur” yang “jago main” itu? Bukankah mereka menimbulkan kerugian yang jauh lebih dahsyat?

Kalau ini berhasil Anda lakukan, Pak Andre, dijamin viral berhari-hari. Anda akan menjadi pahlawan yang dihormati. Penggerebekan terhadap para “pelacur” di Senayan dipastikan akan mendapat dukungan kuat dari rakyat.

Sekali lagi, prostitusi seks online atau off-line sangatlah tercela. Merendahkan martabat. Tidak ada yang menentang upaya pembasmiannya.

Tetapi, langkah pembasmian dengan menjebak seorang pelaku seperti yang dikerjakan Andre, sungguh tidak terhormat. Apalagi, konon, operasi ini terindikasi untuk mempermalukan para pejabat kota Padang.*


latestnews

View Full Version