View Full Version
Sabtu, 06 Jun 2020

Persiapan Pembukaan TPQ Saat New Normal

 

Oleh:

Basrowi*

 

NABI Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). Allah SWT di dalam Al-quran juga berfirman, yang artinya, “Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Q.S Shad [38] :29)  Hal itu menunjukkan bahwa, belajar membaca Al Quran merupakan kewajiban bagi seluruh umat muslim.  

Namun, hingga saat ini, masih ada rasa kekhawatiran orang tua terhadap pembukaan kembali tempat pendidikan Al-quran (TPQ) atau TPA atau nama lainnya. Rasa gundah tersebut bukan tanpa alasan. Selain wabah belum dapat dikendalikan dengan sempurna, kedisiplinan anak-anak untuk menerapkan protokol kesehatan juga sangat rendah.

Hal itulah yang harus menjadi pertimbangan semua pihak yang terkait dengan TPQ, khususnya ustadz(ah) yang harus hati-hati dan tidak gegabah dalam memutuskan masuk tidaknya santri TPQ saat new normal. Jangan sampai anak diisolasi mandiri, sementara ia belum dapat mandiri. Tentu hal itu akan sangat merepotkan orang tua yang harus tetap merawat ketika akibat buruk terjadi. 

Sebelum kondisi buruk itu terjadi, saat inilah moment paling tepat untuk menunduk sejenak, merenung bersama, berkolaborasi menentukan kebijakan suci, tanpa ada rasa euphoria. Ingat, anak-anak adalah buah hati orang tua yang sangat dicintai. Pembuatan kebijakan untuknya harus dengan hati, dan penuh dengan kehati-hatian.

Benar, bahwa mempelajari Al-Quran sangat besar pahalanya. Sebagaimana Sabda Rasulullah saw yang artinya, “Pelajarilah oleh kalian Al-Quran, dan kajilah dia, karena Al-Quran bagi yang mempelajarinya bagaikan wadah yang berisi penuh kasturi, harum semerbak memenuhi tempat sekelilingnya.”

Namun, seluruh pengelola TPQ dan tempat mengaji anak-anak harus sadar bahwa, anak-anak adalah buah hati, sehingga siapa pun tidak akan rela dan tidak ikhlas ketika anak-anak mereka harus terpapar virus Corona, hanya karena kesalahan para pembuat kebijakan yang salah saat new normal.

Kesulitan dan Tantangan Menerapkan Protokol Kesehatan

Ketika sekolah belum dibuka, pengajian anak-anak di TPQ atau masjid pun pada prinsipnya belum layak untuk dimulai. Mengapa demikian, karena pada anak-anak sangat rentan terjadi penularan. Kedisiplinan anak untuk memakai masker, tidak berdekatan dengan temannya, dan rutin cuci tangan akan sulit sekali diterapkan. Semua itu, perlu pengawasan dari ustadz(ah) dan orang tua masing-masing.

Anak sebagai asset masa depan yang sangat berharga, tidak mungkin dikorbankan dengan memaksakan kebijakan harus masuk Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ). Euphoria para ustadz(ah) saat new normal tidak boleh terjadi. Jumlah ustadz(ah) tentu tidak sebanding dengan jumlah santri. Sarana mengukur suhu tubuh santri pun mayoritas tidak dimiliki. Kemampuan membeli hand sanitizer juga sangat terbatas.

Jarak mengaji antara ustadz(ah) dan santri sulit untuk dijaga. Selama ini sudah terbiasa menggunakan alat penunjuk (tuding) untuk penunjuk saat anak atau ustadz(ah) melafalkan mahraj setiap bacaan dan ketukan (mizan/timbangan panjang pendek bacaan) saat tahshin, sehingga sulit bila saling berjauhan.

Kebiasaan anak-anak menjadi ‘liar’ saat sebelum dan sesudah mendapat ‘urutan’ mengaji juga sulit untuk dikendalikan. Meskipun diperingatkan berkali-kali, namanya anak akan menjadi ‘tidak terkendali’ kembali begitu ustadz(ah) nya lengah. Mereka akan berantem-beranteman, gulat-gulatan, kejar-kejaran hingga ke luar masjid.

Anak-anak sekarang banyak pula yang main gadget bersama-sama temannya baik sebelum maupun sesudah mengaji. Meskipun dilarang, banyak di antara mereka yang tetap saja bermain dengan cara kucing-kucingan. Bahkan tidak sedikit yang ijin ke kamar kecil, tetapi selain buang air kecil, mereka menyempatkan main games atau bermedia sosial.

Anak-anak zaman old, sebelum mendapat giliran mengaji selalu melancarkan bacaan dengan cara membaca sendiri. Anak-anak zaman now, sedikit sekali hal itu dipatuhi oleh anak-anak. Sebagai ustadz(ah) serba repot. Ketika hendak benar-benar disiplin, pembelajaran menjadi terkesan ‘angker’. Ustadz(ah) menjadi terlihat ‘serem’ di mata anak-anak. Akibat terburuk, anak tidak mau lagi mengaji atau pindah tempat mengaji.

Bila tidak menerapkan disiplin dengan ketat, anak menjadi liar dan sulit untuk dikendalikan. Berbagai fasilitas masjid seperti Al-Quran, meja mengaji, pintu, tirai hijab penghalang jamaah ihwan dan ahwat menjadi rusak. Suara candaan mengalahkan suara anak yang sedang mendapat giliran mengaji. Yo wis ra po po, yang penting anak masih mau mengaji daripada menjadi preman kecil.

Dengan kondisi seperti itu, tentu saat new normal, belum disarankan untuk memaksakan anak masuk TPQ. Bila hal itu dilakukan, sesungguhnya pengelola TPQ dan orang tua telah melangkahi hak anak yang harus mendapatkan pendidikan agama dengan aman, sehat, dan tampa ancaman wabah.     

Peran Orang tua

Bila saatnya nanti TPQ benar-benar dibuka, orang tua harus sangat chare dengan kesehatan anak. Seluruh protokol kesehatan harus terpenuhi. Orang tua harus meyakinkan bahwa anak tetap memakai masker dan menjaga jarak dengan teman-temannya. Saat mengawasi saat anak mengaji, orang tua harus tetap menjaga jarak dengan sesama wali santri lainnya.

Sepulang mengaji baik anak maupun wali yang menemani harus langsung mandi, mencuci baju, dan membersihkan seluruh peralatan yang digunakan. Hal itu tentu bertujuan agar, tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bersama.  

Saat ini, sebelum anak mulai mengaji di TPQ atau masjid, perlu dilatihkan kepada anak bagaimana menerapkan protokol sesehatan dengan ketat. Anak mulai dibiasakan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan secara berkala. Orang tua perlu melakukan edukasi dalam rangka mengajarkan kepada anak akan bahaya virus Corona (Covid-19). Dengan Demikian, pada saat anak belajar mengaji, mereka sudah dapat menerapkan inti protokol kesehatan.

Semoga saja, pembukaan kembali TPQ menjadi angin segar bagi kemajuan pendidikan keagamaan anak-anak, yang sudah sekian lama, mereka terpaksa belajar mengaji dari rumah. Doa kita, doa orang tua, doa para ustadz(ah), guru mengaji, para Kyai, bu Nyai dan seluruh ulama semoga Allah SWT mengabulkan dan mengangkat wabah Corona dari atas bumi, dan anak-anak dapat riang gembira belajar agama dengan aman, sehat, tidak was-was akan tertular wabah. Insya Allah. Aamiin. 

*) Dr. Dr. H. Basrowi, S.Pd.,M.Pd. M.E.sy. Pengamat Kebijakan Publik, Alumni PPs Ekonomi Syariah UIN Raden Intan Lampung


latestnews

View Full Version