View Full Version
Senin, 22 Jun 2020

Patung Kapitalis Rasis yang Diamuk Massa

 

Oleh:

Siti Aisyah, S.Sos || Koordinator Kepenulisan Komunitas Muslimah Menulis Depok

 

DEMONSTRASI Black Lives Matter marak digelar di seluruh dunia. Tentunya hal ini dipicu karena kasus kematian George Floyd (46 tahun) pada 25 Mei 2020 lalu di Minneapolis, Minnesota oleh seorang polisi berkulit putih dengan cara yang dinilai sangat rasis. Inilah beberapa patung kapitalis rasis yang diamuk massa. Di antaranya:

Pertama, patung Christopher Columbus. Pada Selasa 9 Juni 2020 malam waktu setempat, para demonstran merobohkan patung Christopher Columbus dan dilempar ke dalam danau di kawasan Virginia, Amerika Serikat.

Banyak orang mengenal Christopher Columbus adalah seorang penjelajah dunia. Ternyata tujuannya melakukan misi keliling dunia bukan semata-mata ingin menjelajah dunia, tapi untuk mendapatkan keuntungan dalam perdagangan, baik rempah-rempah, budak dan sumber daya alam lainnya (Gold), penjelajahan dengan mencari koloni sebanyak-banyaknya untuk mengharumkan nama, kejayaan dan kekuasaan (Glory) dan untuk menyebarkan ajaran Nasrani (Gospel).

Columbus adalah salah satu orang pertama yang melakukan perdagangan budak. Ketika pertama kali menginjakkan kakinya di Pulau Hispaniola (Taino, nama penduduk aslinya), yang terkenal ramah-ramah dipaksa menjadi budak dan disuruh mencari emas. Jika tidak bisa mengumpulkan emas, mereka akan dihukum dengan dimutilasi anggota tubuhnya atau dibunuh.

Akibatnya dalam beberapa masa populasi Taino hancur. Tak hanya itu, Columbus pun memperbudak suku Indian di area lainnya untuk orang Eropa. Para budak dipekerjakan di perkebunan tebu di lepas pantai barat Afrika Utara.

Perlakuan Columbus terhadap budak dinilai sangat sadis dan kejam.Jurnalis Spanyol Consuelo Varela menemukan dokumen terbuang yang sempat dihilangkan oleh monarki Spanyol untuk menyembunyikan fakta betapa tirannya Columbus. Kepada Guardian Varela menyebutkan orang-orang lokal Karibia sering dihukum Columbus secara tak manusiawi dan praktiknya bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan.

Misalnya, catatan tentang seorang laki-laki Hispaniola yang ketahuan mencuri, Columbus pun memerintahkan aparat untuk memotong hidung dan telinganya. Di masukkanlah laki-laki itu di penjara besi dengan tangan diborgol dan akhirnya dilelang sebagai budak.

Seperti yang diungkap sejarawan Howard Zinn, dalam karyanya yang termahsyur, A People's History of the United States (1980), bahwa pada 1495 anak buah Columbus menangkap 1.500 orang asli Arawak, termasuk perempuan dan anak-anak untuk dikirim ke Spanyol. 40 persen dari mereka meninggal di perjalanan.

Kedua, patung Raja Belgia Leopold II. Di Kota Pelabuhan Antwerp di Belgia, pada Selasa 9 Juni 2020, para demonstran merobohkan patung mendiang Raja Belgia Leopold II. Usai dicoret dengan cat merah oleh demonstran anti-rasisme.

Leopold II adalah sosok raja yang sadis, bengis dan sangat kejam. Ia berambisi menjajah negara lain dan berhasil mengklaim Kongo sebagai daerah jajahannya. Sejarah mencatat Leopold II begitu keras dan kejam dengan Kongo. Ia menyulap negeri yang sebelumnya damai ini menjadi negara yang semuanya berisi budak. Di bawah penjajahannya, Leopold Memaksa orang-orang Kongo untuk mengais sumber daya mereka sendiri dan memenuhi kantong-kantong harta Leopold II.

Melalui prajuritnya, sang raja dengan senangnya membantai dan memutilasi orang-orang sana jika tak mau bekerja. Setidaknya sekitar 10 juta lebih orang Kongo yang tewas semasa penjajahan Belgia.

Ketiga, patung Edward Colston. Di Pelabuhan Bristol, Inggris, pada Rabu 10 Juni 2020, para demonstran memenggal dan membuang ke sungai Patung Edward Colston.

Edward Colston, adalah seorang tokoh terkemuka penjual budak di abad ke-17. Dia aktif menjadi anggota badan pengurus RAC (Royal African Company). RAC merupakan perusahaan yang memperdagangkan budak dari Afrika ke Amerika.Dalamsejarahnya, RAC bertanggung jawab atas pengiriman lebih banyak pria, wanita, dan anak-anak yang diperbudak daripada perusahaan lain.

Antara 1672 dan 1720-an, RAC mengangkut hampir 150 ribu orang. Dia menjual 100.000 orang Afrika Barat di Karibia dan Amerika Serikat. Budak-budak yang dijual itu sebelumnya dilabeli inisial RAC di dada mereka, termasuk anak-anak berusia enam tahun. Satu dari empat anak sekarat dalam perjalanan.

Di tahun-tahun terakhir hidupnya, ia pun menjadi investor utama di perusahaan perdagangan budak lain, South Seas Company (SSC), yang sebagian besar berdagang dengan Amerika Selatan. Selama keterlibatan Colston dengan SSC, perusahaan mengangkut sekitar 15.931 orang Afrika yang akan diperbudak, dengan hampir 1 dari 5 orang sekarat dalam perjalanan.

Keempat, patung Jefferson Davis. Di Richmond Virginia, pada Rabu 10 Juni 2020, dirobohkan juga Patung Jefferson Finis Davis. Jefferson Davis adalah seorang prajurit yang menonjol Amerika, sekretaris perang dan tokoh politik yang menjadi Presiden Konfederasi Serikat, selama Perang Sipil 1861-1865, yang pro-perbudakan.

Ia menjadi tokoh yang mendukung kepentingan orang-orang Selatan, termasuk hak-hak negara bagian dan mempertahankan perbudakan, yang menurut dia harus diterapkan secara luas di seluruh wilayah.

Kelima, patung Winston Churchill. Di Praha, Ceko pada Kamis 11 Juni 2020, patung pemimpin Inggris di Perang Dunia II Winston Churchill dicorat-coret. Patung mantan Perdana Menteri Inggris ini ditulisi Black Lives Matter sebagai tanda solidaritas dengan gerakan anti-rasis di negeri "Paman Sam". Patung Churchill di pusat Kota London juga dirusak dengan dicoreti kata-kata "rasis".

Pada 1940, sebelum menduduki kursi Perdana Menteri, Churchil adalah salah satu tokoh paling vokal menentang gerakan kemerdekaan India sepanjang 1920-an dan 1930-an. Karena dia menganggap kelompok kulit putih negaranya adalah yang lebih superior.

Seorang politisi India, Dr Shashi Tharoor melalui bukunya, Inglorious Empire: What the British Did to India, (2017) menyebut Churchill setara dengan “barisan diktator terburuk” di abad 20. Tharoor juga menyebutkan keterlibatan Churchill dalam tragedi kelaparan Benggala, India, pada 1943.

Tharoor mencatat bahwa Churchill menolak memberi bantuan kepada Benggala. Alasannya, karena Inggris sedang berperang, sehingga membutuhkan banyak logistik dan tak boleh menghabiskan biaya transportasi untuk kepentingan selain memenangkan pertempuran. “Kapal-kapal yang dipenuhi gandum datang dari Australia dan berlabuh di Kalkuta. Namun Churchill menginstruksikan untuk tidak melepaskan muatan kapal dan memerintahkan agar kapal meneruskan pelayaran hingga ke Eropa,” kata Tharoor dalam acara festival penulis di Melbourne, sebagaimana dikutip Independent, Jumat (11/11/2017).

Leo Amery selaku Menlu Inggris untuk India dan Wavell sebagai wakil pemerintahan Inggris di India kemudian mengirimkan permintaan resmi ke Churchill agar mengirimkan persediaan logistik untuk India, karena korban jiwa di Benggala terus bertambah. Namun, Churchill menanggapinya dengan ketidakpercayaan bahwa sedang mengalami kelaparan akut.

Begitu juga sejarawan Madhusree Mukerjee melalui bukunya, Churchill's Secret War: The British Empire and the Ravaging of India during World War II” (2011) kepada Telegraph mengungkapkan tawaran AS dan Australia untuk mengirim bantuan ke Benggala melalui kapal, tapi tak diizinkan masuk oleh kabinet perang Churchill. Saat AS berhasil membantu masyarakat India melalui kapal mereka, Inggris pun tak menngikuti  jejak AS. Akhir yang tragis, sekitar tiga jutaan lebih warga Benggala meninggal dunia akibat kelaparan massal. Inilah pemicu dirusaknya patung Churchill. 

Itulah beberapa patung tokoh-tokoh dunia yang diagung-agungkan dalam peradaban kapitalisme ini. Ternyata dalam sejarah mereka semuanya terkenal sangat rasis, bengis dan sadis.*


latestnews

View Full Version