View Full Version
Jum'at, 25 Jun 2021

Belajar dari Ibrahim dan Musa

Catatan M. Nigara
Wartawan Senior
Mantan Wa-Sekjen PWI

 

KURANG digdaya apa Raja Namrud? Nimrod atau Namrud bin Kan’an, raja Mesopotamia yang menguasai Timur Tengah dan Asia Barat (sekarang) sekitar tahun 5000-2200 SM. Cerdas dan kuat.

Kurang Dzalim apa Raja Firaun atau dikenal juga sebagai yang Minephtah putra Ramses II yang memerintah pada 1232 SM-1224 SM. Kekuasaan dan kedzalimannya begitu luar biasa. Hampir tak ada bayi laki-laki yang selamat dari cengkramannya.

Ya, di masa keduanya, tidak seorang pun yang bisa menghindarkan diri dari kesewenangannya. Bahkan tidak ada satu kekuatan mana pun yang mampu melawannya. Tidak juga Ibrahim dan Musa, tanpa bantuan Allah SWT. 

Apa saja yang mereka kehendaki, semua harus terjadi. Keduanya tidak segan mengaku dan berperan sebagai Tuhan. Namrud dan Firaun ‘mampu’ mematikan dan menghidupkan, begitu pengakuannya. Bahkan keduanya selalu menebar ketakutan kepada siapa saja.

Adalah Ibrahim dan Musa, rakyat jelata yang dipercaya oleh Allah SWT  menjadi nabi. Keduanya terus berusaha dan terus pula berdoa. Sekecil apa pun keduanya dan sebesar serta sedigdaya apa pun Namrud dan Firaun, ternyata tetap tidak mampu menundukkannya.

Mengapa ada kisah Namrud dan Firaun. Bukankah Allah SWT maha kuasa? Bukankah Allah bisa menghancurkan keduanya sebelum mereka digdaya? Jawabnya sederhana: Allah ingin kita belajar dari Ibrahim dan Musa.

Belajar tentang bagaimana bersabar, berusaha, dan berdoa. Belajar untuk tidak menyerah meski beratnya tekanan. Belajar untuk tidak takut pada ancaman kematian. Belajar tentang keyakinan bahwa Allah pada akhirnya pasti menghentikan kesewenangan dan kedzaliman.

Ibrahim dan Musa tidak berhadap-hadapan dengan Namrud serta Firaun. Tidak perang terbuka. Secara teori jika mereka saling berhadapan, pasti bisa dilibas. Tapi berkat usaha keras melawan dengan caranya serta berdoa dengan penuh keyakinan, Allahlah yang turun tangan langsung.

Namrud, raja besar sepanjang sejarah manusia, telinganya dimasuki seekor nyamuk dan bermukim selama 400 tahun. Namrud akhirnya mati dalam derita dan hina. Sekali lagi ini pelajaran untuk kita manusia sekarang.

Bayangkan, nyamuk, serangga yang kecil, dan sekali tepuk, ploook, mati. Atau sekali leeeep tamat, masuk ke mulut cikcak. Artinya serangga tanpa kekuatan. Tapi, mengapa nyamuk.

Allah ingin kita yakin bahwa tidak ada kekuatan yang lebih hebat kecuali Dia. Allah ingin kita tahu, Namrud itu bukan siapa-siapa.

Firaun, raja dzalim. Ia telah diberi tanda dengan musim panas puluhan tahun, serangan serangga, kodok, dan burung begitu dahsyat. Mengapa Firaun tak menyerah, bukankah mudah bagi Allah membalikkan hati raja dzalim itu?

Sekali lagi, Allah ingin kita belajar bahwa tak ada yang lebih dahsyat selain Dia. Allah ingin kita memahami bagaimana manusia jika hatinya telah dikunci. Kesombongan Firaun kian menjadi-jadi. “Akulah Tuhan kalian!” Pekiknya seolah ingin meruntuhkan alam. Firaun yang mengaku sebagai Tuhan, lalu tenggelam saat mengejar Musa. Ia mati juga dengan hina dan penuh derita.

Sampai di situ, pahamkah kita bahwa kekuatan doa dan kesungguhan usaha akan punya makna? Menghadapi kekuatan apa pun hanya ada dua cara, berusaha dan berdoa. Jika hasilnya masih tetap belum seperti yang kita harapkan, Allah SWT mungkin belum melihat kesungguhan dan keikhlasan. Mungkin Allah masih melihat usaha dan doa kita belum sejalan.

Kita sering berdoa untuk sesuatu hal, tapi saat berusaha, kita justru seolah meminta pihak lain untuk membantu. Kita seolah tidak sepenuhnya percaya bahwa Allah SWT pasti akan membantu kita.

Atau, jika doa dan usaha sudah sejalan tapi tetap hasilnya belum juga seperti yang kita inginkan, jangan menyerah. Mungkin Allah sedang mencoba sekuat apakah tekad kita itu. Atau, Allah sedang membiarkan mereka para pendzalim itu terjerumus lebih dalam.

Lalu, bagaimana kita saat ini? Jawabnya, belajarlah lebih dalam dari Nabi Ibrahim dan Nabi Musa.

Semoga bermanfaat…


latestnews

View Full Version