View Full Version
Rabu, 15 Jul 2009

Negara-Negara Arab Bungkam atas Kasus Xinjiang

(voa-islam.com) - Sejumlah negara Islam kian menyoroti konflik berdarah yang terjadi di Xinjiang, 5 Juli lalu. Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Manoucher Mottaki, bahkan berbicara langsung dengan Menlu Cina melalui telepon. Ia menyatakan Iran sangat prihatin dengan apa yang terjadi di Xinjiang.

”Peristiwa di Xinjiang menjadi perhatian bagi negara-negara Islam.” katanya.

Pejabat Deplu Palestina Pemerintahan Hamas, Ahmed Youssef, mengatakan kerusuhan yang terjadi di Xinjiang akan mengganggu hubungan dengan dunia Islam.

”Kami berharap Cina meningkatkan hubungan dengan muslim di Xinjiang, dan tak merusak hubungan itu dengan mengganggu (muslim) Uighur.” katanya.

Pekan lalu, kritik tajam juga disampaikan pemerintah Turki. Perdana menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, telah menyatakan peristiwa di Xinjiang merupakan sebuah genosida. Bahkan departemen Industri Turki telah mendesak warga Turki untuk berhenti membeli produk-produk Cina. Turki memang memiliki kedekatan emosional dengan muslim Uighur. Kelompok minorotas di Cina itu memiliki kesamaan akar budaya dan suku sama denghan warga Asia Tengah dan Turki.

Di lain sisi, sejumlah pengamat menyatakan dunia Islam bungkam atas kerusuhan Xinjiang.

”Rezim-rezim di Arab tak dapat mengkritik serangan Cina terhadap Uighur. Sebab mereka sendiri tak memiliki demokrasi. Mereka setali tiga uang dengan Cina.” Kata Labib Kamhawi, pengamat dari Jordania.

Kamhawi menyatakan Cina merupakan mitra dagang utama bagi sejumlah negara Arab. Termasuk bagi Sudan, Arab Saudi, dan negara-negara teluk lainnya. Jordania juga berupaya menarik investasi dari Cina.

Menurut laporan resmi pemerintah Cina, 184 menjadi korban. Laporan itu juga menyebutkan, mayoritas korban tewas adalah warga beretnik Han bukan warga muslim Uighur.

 Tampik Genosida

Terkait tudingan Erdogan, juru bicara Deplu Cina, Qin Gang, mengatakan tuduhan terjadinya genosida tak bisa dimengerti. Sebab, jelas Qin, mayoritas warga yang tewas dalam kerusuhan di Xinjiang beretnik Han.

”Di negara mana hal ini dapat dikatakan sebagai genosida? Semoga saudara-saudara muslim kami bisa menyadari kebenaran insiden di Urumqi pada 5 Juli lalu,” katanya.

Saat mengethaui kebenarannya, kata Qin, mereka akan mendukung kebijakan etnik dan agama serta langkah-langkah pemerintah Cina dalam menangani insiden itu.

Sebelumnya, Menlu Cina, Yang Jiechi, menegaskan kepada Menlu Turki, insiden itu disebabkan tiga kekuatan jahat yaitu ekstremisme, separatisme, dan terorisme.

Selian itu, harian resmi Cina China Daily dalam editorialnya berjudul, “Jangan Kaburkan Fakta” menyatakan bahwa sebanyak 137 dari 184 orang yang tewas adalah warga beretnik Han. Harian ini juga mendesak Erdogan menarik ucapannya yang  menyatakan telah terjadi genosida di Xinjiang. Turki, menurut harian ini, telah mencampuri urusan dalam negeri Pemerintah Cina.

Namun  pemberitaan beragam media menyebutkan, tindakan diskriminatif terhadap etnis Uighur telah berakar sejak lama. Terlebih sejak serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat, Cina memperlakukan Uighur lebih keras di bawah bendera ”perang melawan teror.” (sumber: Koran Republika, Rabu, 15 Juli 2009, hal. 10)


latestnews

View Full Version