View Full Version
Selasa, 20 Oct 2009

Dua Wartawan Muslim Membongkar Rasisime di Inggris

London - Menyamar sebagai sepasang suami dan istri Asia, dua wartawan Muslim Inggris telah mendokumentasikan skala rasisme dan pelecehan yang bangkit kembali, baik secara lisan dan fisik, di kota Bristol Inggris, memfilmkan diri mereka sendiri ketika diganggu, diserang dan dilecehkan secara ras.

"Sejak saat itu rekan saya Amil Khan dan aku melaju ke jalan yang akan menjadi rumah kami selama bulan-bulan mendatang, kami di perlakukan dengan sorotan mata terdingin yang pernah saya alami," kata Tamanna Rahman, seorang reporter asal Asia.

Rahman dan Khan, bersikap sebagai suami dan istri Asia, pindah ke sebuah rumah di Bristol awal tahun ini dan menggunakan kamera tersembunyi untuk merekam sikap orang terhadap mereka.

Selama delapan minggu mereka tinggal, mereka merekam lebih dari 50 insiden serangan rasis secara terpisah, baik untuk ras dan agama mereka.

Aku tidak pernah menghadapi rasisme dalam hidupku sebanyak seperti yang saya alami selama delapan minggu ini

"Aku tidak pernah menghadapi rasisme dalam hidupku sebanyak seperti yang saya alami selama delapan minggu ini," kata Rahman.

"Selama penyelidikan kami, aku mendapati gelas, kaleng, botol dan batu-batu yang dilemparkan kepada saya," ia menambahkan.

"Pada hari kedua saya di perumahan, saya mendapati batu yang dilemparkan ke arahku saat aku kembali dari pulang berbelanja."

Dalam satu adegan, batu-batu dilemparkan ke Rahman dan dia disuruh keluar dari daerah itu.

Seorang anak laki-laki juga telah mengancam untuk membunuhnya dan mencoba mencuri tasnya.

Klip lain menunjukkan ia disebut "Raghead" dan diberi tahu "Pergilah. 

"Aku dipanggil" Paki "dan kata-kata kotor  padaku saat aku lewat."

Kata "Paki" adalah kata slang menghina untuk imigran atau orang yang berlatar belakang keturunan Pakistan.

"Saya hanya tidak mengira manusia bisa seperti itu," kata Rahman.

Inggris memiliki minoritas Muslim yang cukup besar, lebih dari dua juta jiwa, sebagian besar dari Pakistan, Bengali dan India.

Neraka

Tamanna berbicara tentang petualangan menyakitkan yang ia harus tahan salama di  Bristol.

"Begitulah setiap kali saya meninggalkan rumah, dan dari banyak orang yang saya temui, saya akan mendapat kerutan dahi dan umumnya dibuat merasa tidak nyaman  baik ketika  mereka berada di jalan, di kebun, melihat keluar dari jendela kamar tidur atau di dalam mobil mereka.

Dia mengatakan pengalaman pelecehan berkisar dari serangan fisik ke racauan penghinaan.

saya berpikir bahwa yang akan tertinggal dalam benakku adalah benar-benar neraka setiap kali aku berjalan keluar dari pintu

"Maaf jika saya berpikir bahwa yang akan tertinggal dalam benakku adalah benar-benar neraka setiap kali aku berjalan keluar dari pintu."

Bristol adalah kota ke enam dari delapan kota terpadat yang ada di Inggris.

Ini adalah pusat kebudayaan terbesar, lapangan kerja dan pendidikan di daerah.

Sensus tahun 2001, 60 persen dari populasi Bristol mengatakan mereka beragama Kristen, dan 25 persen menyatakan mereka tidak religius.

Umat Islam berjumlah 2 persen dari populasi dan komunitas muslim dilayani oleh sekurang-kurangnya tiga mesjid.

Etnis minoritas di Inggris tersiksa oleh rasa sakit rasisme dengan perkiraan 87.000 orang etnis minoritas menjadi korban dari motivasi kejahatan rasial.

Angka-angka juga menunjukkan bahwa etnis minoritas memiliki jumlah pengangguran terburuk dan krisis perumahan di negara itu.

Sekitar 70 persen dari semua etnis minoritas tinggal di 88 daerah yang paling kekurangan, dibandingkan dengan 40 persen dari populasi umum. (IOL)


latestnews

View Full Version