View Full Version
Rabu, 02 Dec 2009

Lawan Islam, Pejabat Italia Usul Tambahkan Salib di Bendera

ROMA(voa-islam.com) -Berawal dari kebenciannya terhadap Islam, Seorang pejabat pemerintah Italia mengajukan usulan untuk menambah gambar salib di bendera nasional Italia guna mempertahankan “identitas Kekristenan” selain simbol Eropa melawan Islam. Ide ini muncul hanya berselang dua hari setelah Swiss melarang pembangunan menara masjid.

“Sayangnya, kita menghadapi serangan kuat terhadap identitas kita dari agama yang tidak toleran seperti Islam,” ujar Roberto Castelli, deputi menteri infrastruktur dan transportasi, seperti dilaporkan oleh kantor berita AKI Selasa (1/12), kemarin.

“Sayangnya, kita menghadapi serangan kuat terhadap identitas kita dari agama yang tidak toleran seperti Islam,” ujar Roberto Castelli, deputi menteri infrastruktur dan transportasi.

Castelli adalah anggota Liga Utara dari sayap kanan, ia menginginkan penambahan gambar salib  pada bendera Italia. “Saya harap partai di mana saya menjadi anggota bersedia mempertimbangkan usulan ini.” ia menambahkan.

Bendera Negara Italia terdiri dari tiga warnanya, hijau, putih, dan merah. Warna hijau mencerminkan dataran dan perbukitan Swiss, putih mencerminkan pegunungan Alpen dengan puncaknya yang diselimuti salju, dan merah mencerminkan pertumpahan darah dalam perang kemerdekaan.

Liga Utara telah dituduh bersikap rasis dengan banyak kritik yang menyebutnya sebagai BNP dari Italia, merujuk pada partai sayap kanan Inggris. Menggambarkan dirinya sebagai pembela akar Kristiani Italia, partai itu memulai misinya dalam pemerintahan Berlusconi di bulan Mei 2008.

Tahun kemarin, Liga ini merayakan keberhasilan kampanyenya menghentikan pembangunan sebuah Masjid di kota Bologna. Anggota parlemen Mario Borghezio tahun kemarin menerobos masuk ke dalam sebuah gereja di kota Genoa dan meneriakkan pernyataan anti-Islam.

Usulan penambahan salib pada bendera italia itu muncul dua hari setelah para pemilih Swiss mendukung sebuah inisiatif oleh Partai Rakyat Swiss (SVP) dari sayap kanan yang melarang pembangunan menara masjid baru di negara tersebut.

Larangan Swiss itu memicu seruan dari partai-partai sayap kanan di Italia, Belanda, dan Belgia untuk mengadakan hal yang serupa terhadap simbol-simbol Islam.

Usulan penambahan salib pada bendera italia itu muncul dua hari setelah para pemilih Swiss mendukung sebuah inisiatif oleh Partai Rakyat Swiss (SVP) dari sayap kanan yang melarang pembangunan menara masjid baru di negara itu.

Namun, usul Castelli itu mendapat tentangan dari anggota legislatif Italia. Juru bicara parlemen, Gianfranco Fini, dari partai PDL menyebut usul itu bersifat mengganggu dan menghasut rakyat italia.

Angelo Bonelli, pemimpin partai Federasi Hijau mengkritik usulan tersebut. “Castelli ingin meletakkan salib di bendera? Lalu kapan kita akan memulai perang salib untuk membebaskan tanah suci?” ujar Bonelli dengan nada sinis.

Angelo Bonelli, pemimpin partai Federasi Hijau mengkritik usulan tersebut. “Castelli ingin meletakkan salib di bendera? Lalu kapan kita akan memulai perang salib untuk membebaskan tanah suci?” ujar Bonelli dengan nada sinis.

Identitas Kristen

Castelli mengklaim bahwa salib adalah bagian dari "identitas Eropa yang sebenarnya". Menurutnya, penambahan salib pada bendera Italia akan menegaskan kembali identitas Kristen untuk melawan Islam.

"Eropa memiliki hak untuk menjaga identitasnya sendiri, menghormati akar orang lain, namun penting untuk kembali ke akar kita," ujar dia.

“Saya yakin Eropa memiliki hak untuk mengakui identitas sebenarnya yang hampir punah,” imbuh dia.

Anehnya Usulan dari deputi menteri sayap kanan itu mendapat dukungan dari Menlu Italia, Franco Frattini. “Sembilan negara Eropa telah memiliki gambar salib di benderanya, ini adalah sebuah usul yang umum,” ujar Frattini.

Awal bulan lalu, Pengadilan HAM Eropa melarang salib di sekolah-sekolah Italia. Pengadilan mengatakan bahwa salib di dalam sekolah melanggar hak orangtua untuk mendidik anak-anaknya sesuai dengan keyakinan mereka dan hak anak-anak akan kebebasan beragama. (Ali/rpb)


latestnews

View Full Version