View Full Version
Sabtu, 07 Aug 2010

Muslimah Kashmir Juga Ikut Bentrok Dengan Aparat Keamanan di Srinagar

Srinagar (Voa-Islam.com) - Dua puluh tahun protes jalanan dalam menentang pendudukan dan diskriminasi India terhadap mayoritas Muslim di wilayah Kashmir selalu dilakukan dan dipimpin oleh para pemuda, namun kini keadaan tersebut mulai sedikit berubah seiring dengan ikut sertanya para Muslimah untuk turun ke jalan dan kadang berhadapan langsung dengan aparat keamanan India demi menentang ketidakadilan yang mereka rasakan.

Hingga saat ini telah terjadi sebuah peningkatan jumlah perempuan yang terlibat dalam demonstrasi di Kashmir bagian India, di mana setidaknya 49 orang tewas dalam delapan minggu terakhir.

Kebanyakan korban adalah orang-orang muda yang telah tewas akibat tembakan senjata api ketika pasukan keamanan India mencoba untuk memberlakukan perintah jam malam yang telah membawa kehidupan normal menjadi terhenti.

Setiap kematian - terutama setelah dua dari para wanita tersebut juga ikut tewas sejauh ini - telah memicu protes kemarahan lebih lanjut dari para demonstran dan mendapat respons yang sama kuat dari pasukan paramiliter dan polisi India.

..Kami ingin mengirimkan sebuah pesan bahwa kami para wanita tidak lemah, langkahi dulu mayat kami sebelum kalian membunuh anak laki-laki dan perempuan kami..

"Dalam situasi tersebut, Anda tidak bisa mengharapkan kami untuk tetap diam," kata Rehana Ashraf, 49, yang tinggal di wilayah utama kota Srinagar dengan dua putri kecilnya. "Kami ingin mengirimkan sebuah pesan bahwa kami para wanita tidak lemah, langkahi dulu mayat kami sebelum kalian membunuh anak laki-laki dan perempuan kami. lanjut Rehana Asharf, yang merupakan seorang guru wanita di kashmir bagian india. "Para pemuda selalu memimpin protes jalanan dan melemparkan batu di Kashmir selama 20 tahun perjuangan memisahkan diri dari India, tetapi itu sekarang berubah," tambahnya.

"Kami telah kehilangan kesabaran kami. Mereka telah membunuh anak dan saudara-saudara kami. Bagaimana Anda mengharapkan kami menjadi penonton bisu?" "kata Mehbooba Akhter, 41 tahun, ibu dari tiga anak remaja kepada AFP.

Mehbooba Akhter, penduduk Srinagar, mengatakan dia telah ambil bagian dalam gelombang protes anti-India, yang dimulai ketika seorang siswa laki-laki 17 tahun di tembak mati oleh polisi India di Srinagar pada tanggal 11 Juni.

Ratusan perempuan dan anak perempuan, banyak diantara mereka mengenakan gaun Gamis salwar warna-warni, sejak itu secara teratur turun ke jalanan meneriakkan "kami ingin kebebasan" dan "darah dibalas darah!." Beberapa dari mereka terlihat membawa tongkat dan batu.

Banyak perempuan yang tidak secara langsung mengambil bagian dalam aksi demonstrasi, membawakan air minum bagi para pengunjuk rasa dan juga menunjukkan para pemuda jalan keluar ketika mereka menghindari serangan tongkat, gas air mata dan tembakan.

"Bukan tanggung jawab pria saja untuk memprotes ketidakadilan. Kita wanita juga harus berada di garis terdepan dalam melawan ketidak adilan itu, "kata Shamima Javed, 38.

"Saya bergabung dengan protes untuk menyatakan solidaritas saya dengan para wanita yang telah kehilangan putra-putri mereka." tambah Shamima

..peningkatan kehadiran perempuan dalam demonstrasi mencerminkan rasa ketidakadilan yang dirasakan oleh orang-orang Kashmir..

Berhadapan dengan pengunjuk rasa wanita merupakan tantangan bagi polisi dan pasukan paramiliter India yang berjuang untuk mengendalikan protes kekerasan terhadap kekuasaan mereka dari wilayah berpenduduk mayoritas Muslim tersebut. Mereka melemparkan tuduhan dengan mengatakan bahwa para wanita itu dihasut untuk turun ke jalan oleh kelompok garis keras yang didukung oleh Pakistan.

"Menempatkan wanita dan anak-anak di depan unjuk rasa adalah usaha yang disengaja oleh separatis untuk menempatkan kami di belakang," kata Prabhakar Tripathi, juru bicara untuk paramiliter Central Reserve Police Force (CRPF), AFP.

Namun tuduhan itu sepertinya terbantahkan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Syeda Afshana, Kolumnis terkemuka dan dosen di universitas utama Kashmir. Syeda Afshana mengatakan peningkatan kehadiran perempuan dalam demonstrasi mencerminkan rasa ketidakadilan orang-orang Kashmir.

"Keluar ke jalan-jalan, para wanita mengeluarkan pikiran yang mereka rasakan," kata Afshana kepada AFP.

"Dengan melempari batu ke aparat keamanan India, mereka mengekspresikan kemarahan kolektif mereka." (aa/AFP)


latestnews

View Full Version