View Full Version
Rabu, 02 Feb 2011

Ketika Obama Menjadi Kambing Hitam Israel

Kairo (voa-islam.com) Presiden Amerika Serikat Barack Obama telah menyarankan Presiden Mesir Hosni Mubarak untuk tidak maju lagi dalam pemilihan umum yang akan berlangsung September mendatang, menurut laporan New York Times pada Selasa ini mengindikasikan pencabutan dukungan pada sekutu strategis AS di Timur Tengah.

Akibatnya, Aviad Pohoryles dari harian Maariv menyampaikan kritik dalam artikelnya berjudul "A Bullet in the Back from Uncle Sam" (Tikaman dari Paman Sam).

Pohoryles menuduh Obama dan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton menerapkan diplomasi yang naif, tinggi hati, dan picik yang tak mengindahkan risiko-risiko yang bakal timbul.

"Siapa sih yang menasihati mereka (para demonstran Mesir) untuk menyulut gerombolan marah di jalan-jalan Mesir dan menuntut kepala dari orang yang lima menit lalu adalah sekutu utama presiden (Obama)...seseorang yang hampir menjadi satu-satunya paling waras di Timur Tengah?"

Pohoryles melanjutkan, "Diplomasi benar secara politik yang dianut para presiden Amerika selama bergenerasi-generasi...benar-benar naif."

Tentu saja yang disasar Pohoryles adalah Presiden AS Barack Obama.

Israel semakin geram karena akan kehilangan sekutunya, Husni Mubarak, yang akan tanggal dari kekuasaannya, sebut saja Al Baradei yang memaksa Husni Mubarak harus meninggalkan kekuasaannya paling lama Jum'at pekan ini (4/1).

Pahit atau tidak, sesungguhnya Mesir yang adalah tetangga paling kuat Israel, adalah negara Arab pertama yang menyepakati perdamaian dengan Israel pada 1979. Presiden Mesir Anwar Sadat, yang menandatangani perjanjian damai itu, dibunuh dua tahun kemudian oleh seorang warganya sendiri. Pelakunya merupakan anggota Jihad Islam, organisasi muslim Mesir yang menentang perjanjian damai Mesir dengan Israel.

13 tahun kemudian Raja Hussein dari Yordania menyepakati perdamaian dengan Israel. Perjanjian itu ditandatangani oleh Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin, yang setahun kemudian pada 1995 dibunuh oleh seorang Israel fundamentalis.

Sejak itu tidak pernah ada lagi perjanjian damai yang disepakati Israel dengan negara-negara Arab lainnya.

(antara/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version