View Full Version
Jum'at, 04 Jan 2013

Laporan: Mantan Presiden Prancis Sarkozy Terima 50 Juta Euro dari Khadafi

PRANCIS (voa-islam.com) - Mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, yang merupakan salah satu motor penggerak serangan udara terhadap rezim pemerintahan Libya era Khadafi disaat hampir kejatuhannya, menerima lebih dari 50 juta Euro (-+RP. 630 miliar) dari mantan diktator Libya tersebut, seorang hakim Perancis telah memberitahu, sebuah laporan pada hari Kamis mengungkapkan.

Klaim tersebut, yang bocor hari Kamis, dibuat oleh seorang pengusaha kelahiran Libanon, Ziad Takieddine, yang saat ini sedang menghadapi tuduhan korupsi dan sedang diselidiki atas tuduhan keterlibatannya dalam operasi pencucian uang antara Perancis dan Timur Tengah, di mana ia diyakini telah terlibat selama 20 tahun, surat kabar Inggris Independent melaporkan.

Takieddine mengatakan kepada seorang hakim penyelidik bahwa ia bisa menunjukkan kepadanya bukti tertulis bahwa kampanye pertama presiden Sarkozy pada 2006-2007 adalah dibiayai secara "melimpah" oleh Tripoli. Pembayaran tersebut, katanya, terus berlanjut setelah Sarkozy menjadi Presiden.

"Saya dapat menyediakan Anda dengan rincian dari pembiayaan kampanye Nicolas Sarkozy," kata Takieddine sebagaimana dikutip Le Parisien.

Kesaksian Takieddine itu mengulangi tuduhan yang dibuat oleh Saif Al-Islam Khadafidan situs investigasi Perancis, Mediapart. Sarkozy sendiri telah mengecam klaim tersebut menyebutnya sebagai "aneh."

Takieddine juga mengaku memiliki kepemilikan "bukti bahwa tiga perusahaan Perancis di Libya telah menerima kontrak untuk jasa fiktif" sejumlah "lebih dari 100 juta Euro."

Pada sidang 19 Desember, Takieddine mengatakan sejumlah pertemuan untuk mengatur pembayaran telah terjadi pada tahun 2006 dan 2007 antara Claude Gueant, kepala staf Sarkozy, dan sekretaris pribadi Muammar Khadafi, Bashir Saleh. Dia mengatakan catatan dari pertemuan ini dimiliki mantan Perdana Menteri Libya Al Baghdadi Mahmoudhi, yang tinggal di pengasingan di Prancis.

Takieddine ditangkap ketika mencoba untuk membawa uang tunai keluar dari Libya pada penerbangan swasta pada Maret 2011, selama kampanye anti-Gaddafi yang dipimpin NATO.

Persidangan tersebut berpusat pada klaim bahwa serangkaian pemboman tahun 2002 di Karachi, Pakistan, dilakukan sebagai pembalasan atas pembayaran non-suap yang disepakati selama penjualan kapal selam Perancis tahun 1994. Tragedi itu menewaskan 14 orang, termasuk 11 insinyur angkatan laut Perancis. Takieddine didakwa dengan bertindak sebagai perantara dalam kesepakatan tersebut.

Diduga bahwa sejumlah uang tunai yang terlibat dalam pembayaran tersebut dipindahkan kembali untuk kampanye pemilihan presiden manta Perdana Menteri Edouard Balladur tahun 1995. Kegiatan ini juga melibatkan Nicolas Sarkozy, yang menjadi juru bicara kampanye Balladur dan menteri anggaran.

Jika ini terbukti, tuduhan tersebut sangat bisa mempermalukan mantan presiden Perancis Nicolas Sharkozy, yang saat itu bersama dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron memainkan peran utama dalam menghasut serangan udara NATO yang membantu menggulingkan Muammar Khadafi pada bulan Oktober 2011. (st/wb,rt)


latestnews

View Full Version