View Full Version
Jum'at, 29 Nov 2013

Pengungsi Muslim Rohingya Hadapi Kehidupan yang Keras di India

NEW DEHLI, INDIA (voa-islam.com) - Berharap mendaptakan kehidupan yang lebih baik di tempat baru setelah melarikan diri dari negara asal mereka, ribuan pengungsi Muslim Rohingya dari Myanmar saat ini justru menghadapi kondisi hidup yang keras di kamp-kamp pengungsi di India.

Para pengungsi Rohingya mengatakan mereka membutuhkan makanan dan pelayanan kesehatan di India.

"Orang-orang kita tidak memiliki pekerjaan. Jika mereka melakukannya, mereka mendapatkan upah lebih sedikit. Anak-anak kita menderita masalah kesehatan yang parah karena kurangnya makanan dan obat-obatan. Kami membutuhkan bantuan segera dalam hal makanan dan obat-obatan," kata seorang wanita Rohingya yang tinggal di kamp pengungsi India.

Ratusan pengungsi Muslim Rohingya yang tinggal di ibukota India, New Delhi, sedang mencari status pengungsi dari Badan Pengungsi PBB, Press TV melaporkan.

India tidak memiliki program untuk pengungsi, tetapi Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) diperbolehkan untuk menjalankan program pengungsi di New Delhi.

Myanmar mengeluarkan peraturan kewarganegaraan pada tahun 1982, mengakui delapan ras dan 130 kelompok minoritas. Namun, peraturan itu mencabut hak-hak kewarganegaraan sekitar 800.000 Muslim Rohingya, membuat mereka rentan terhadap tindak kekerasan dan penganiayaan, pengusiran, dan pemindahan.

Pemerintah Myanmar sejauh ini terus menolak untuk melepaskan Muslim Rohingya di negara bagian barat Rakhine dari status tanpa kewarganegaraan mereka, meskipun tekanan internasional untuk memberi mereka status legal.

Pada tanggal 19 November, sebuah komite PBB meloloskan resolusi yang menyerukan Myanmar untuk memadamkan kekerasan terhadap umat Muslim yang tinggal di negara itu.

Muslim Rohingya menghadapi penyiksaan, pengabaian, dan tekanan selama bertahun-tahun oleh pemerintah dan penduduk mayoritas Budha negara itu. Ratusan Muslim Rohingya telah tewas dan ribuan lainnya mengungsi dalam serangan oleh ekstrimis Budha di negara tersebut. (st/ptv)

Press TV melaporkan


latestnews

View Full Version