View Full Version
Jum'at, 05 Jun 2015

Pemberontak Syi'ah Houtsi Akan Mundur dari Kota Aden

SANA'A, YAMAN (voa-islam.com) - Pemberontak Syi'ah Houtsi akan menarik mundur pasukannya dari kota pelabuhan selatan Aden, sebagai bagian dari upaya awal untuk mencapai kesepakatan dengan pemerintah Yaman untuk menyelesaikan krisis saat ini melanda negara itu, sumber-sumber mengatakan kepada Asharq Al-Awsat, Rabu (3/6/2015).

Perkembangan ini datang ketika pemerintah pada hari Selasa mengumumkan mereka akan mengirimkan delegasi ke Jenewa akhir bulan ini untuk bertemu dengan perwakilan pemberontak Syi'ah Houtsi, sebagai bagian dari upaya yang ditengahi oleh Utusan Khusus PBB untuk Yaman Ismail Ould Cheikh Ahmed.

Pemerintah sebelumnya telah menarik diri dari pertemuan di kota Swiss, dijadwalkan 28 Mei, karena pemberontak dukungan Iran itu tidak setuju untuk mematuhi tuntutan yang ditetapkan dalam resolusi Dewan Keamanan PBB tentang Yaman yang diadopsi pada bulan April lalu.

Resolusi 2216 menetapkan pemberontak Syi'ah Houtsi untuk mundur dari semua daerah di negara itu yang saat ini mereka duduki, termasuk Aden dan ibukota Sana'a, dan menghentikan semua aksi permusuhan.

Sumber itu mengatakan kepemimpinan Syi'ah Houtsi, yang bertemu dengan Ould Cheikh Ahmed di Sana'a pada hari Ahad, telah sepakat untuk melaksanakan tuntutan yang ditetapkan dalam resolusi PBB, dan akan menarik milisi mereka dari Aden sebagai "langkah pertama."

Namun, sumber itu mengatakan utusan PBB tidak mencapai sebuah "kesepakatan ketat" dengan kelompok tersebut, yang hanya membuat "janji resmi" bahwa mereka akan mulai untuk mematuhi resolusi tetapi hanya jika pemerintah Yaman setuju untuk mengadakan pembicaraan damai di Jenewa.

Berbicara kepada Asharq Al-Awsat, salah satu sumber politik Yaman dengan pengetahuan tentang situasi tersebut, menjelaskan mengapa pemerintah telah sepakat untuk pertemuan di Jenewa, dijadwalkan jatuh pada 14 Juni, menurut laporan.

"Ini datang karena saran yang diberikan oleh sejumlah pemain regional dan internasional, [yang meminta pemerintah] untuk membuktikan niat baik dan menunjukkan bahwa Houtsi tidak serius dengan janji-janji yang telah mereka buat kepada mediator domestik dan internasional," kata sumber itu yang meminta kondisi anomitas.

Sementara itu sumber-sumber lain skeptis mengenai laporan terbaru bahwa Syi'ah Houtsi akan menarik diri dari Aden, membenarkan kelompok itu telah mengadakan pembicaraan dengan gerakan separatis selatan Al-Hirak untuk "menyerahkan" kota itu kepada pasukan orang selatan'.

Salah satu sumber mengatakan kepada Asharq Al-Awsat penarikan itu mewakili "usaha lemah untuk mendirikan sebuah perpecahan di selatan dan membuka konflik antara Presiden Abdu Rabbu Mansur Hadi dan unsur-unsur dari Al-Hirak."

Al-Hirak berusaha untuk mengembalikan bekas Republik Yaman Selatan dan menyatakan kemerdekaan dari bagian utara negara itu.

Wilayah selatan bersatu dengan Yaman pada tahun 1990, namun hubungan mereka tetap tegang dan perang saudara terjadi empat tahun kemudian yang berakhir pada mantan presiden Ali Abdullah Saleh memerintahkan militer untuk menduduki bagian selatan negara itu untuk memadamkan kerusuhan.

"Houtsi tahu benar berapa banyak orang selatan [Al-Hirak] yang berusaha untuk mengembalikan negara mereka [Yaman Selatan] yang diambil oleh Ali Abdullah Saleh dari mereka melalui kekuatan militer pada tahun 1994. Bagaimanapun, apa yang mereka tidak tahu adalah bahwa orang selatan jauh lebih matang secara politis sekarang daripada sebelumnya," tambah sumber itu.

Ali Abdullah Saleh digulingkan pada 2012 menyusul protes massa terhadap pemerintahannya yang berlangsung lebih dari tiga dekade tahun sebelumnya. Di samping Iran, ia telah dituduh oleh Arab Saudi, sekutu Arab dan masyarakat internasional membantu kudeta pemberontak Syi'ah Houtsi di Yaman-yang dideklarasikan pada bulan Februari ketika kelompok itu menggulingkan Hadi, menempatkan dia dan anggota kabinetnya di bawah tahanan rumah.

Sumber lain mengatakan Houthi sekarang ingin "memotong kerugian mereka" menyusul serangan udara oleh koalisi yang dipimpin Saudi, menyadari bahwa "semakin lama kampanye udara berlanjut, akan semakin melemahkan posisi mereka."

Sumber itu mengatakan kelompok pemberontak Syi'ah itu sekarang tahu mereka tidak akan memiliki peran untuk bermain dalam proses politik di negara itu dan ingin "menaburkan hasutan saat keluar dari pertempuran" -serta menerima jaminan dari PBB bahwa kepemimpinannya tidak akan lagi dikenakan sanksi atau dimasukkan dalam daftar teror internasional sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sebuah resolusi Dewan Keamanan November 2014. (st/aa)


latestnews

View Full Version