View Full Version
Selasa, 03 Nov 2015

Walikota Prancis Pembenci Islam Nyatakan 'Perang' Terhadap Kebab

PARIS, PRANCIS (voa-islam.com) - Seorang walikota Prancis pembenci Islam dan kontroversial telah menyatakan 'perang' teradap makanan populer Timur Tengah "kebab" dan mengatakan bahwa ia tidak akan mengizinkan restoran kebab baru yang akan dibuka dalam batas-batas kotanya, Daily Sabah melaporkan hari Senin (2/11/2015).

Robert Menard, yang dikenal karena sikap Islamofobia sebagai walikota di kota Beziers Prancis selatan, mengecam keberadaan restoran kebab dan mengatakan hanya ada "terlalu banyak imigran dan restoran kebab" di negeri itu. Dia mencatat bahwa ia tidak akan memberikan izin untuk lebih banyak restoran kebab yang akan dibuka dalam batas-batas Beziers.

Setelah menerima kritik di media sosial Menard berkata, "Aku tidak akan membiarkan Beziers menjadi ibukota kebab" dan menambahkan bahwa kebab bukan merupakan bagian dari budaya Prancis.

Tuduhan Menard bahwa di kotanya terlalu banyak restoran kebab hanya mencerminkan sikapnya yang benci Islam dan segala sesuatu yang berbau Timur Tengah, karena menurut statistik, dua pertiga dari restoran di Bezier melayani makanan Perancis, sementara restoran dan kafe yang melayani kebab hanya berjumlah 5 persen dari total keseluruhan restoran yang ada di wilayah tersebut.

Sebelumnya pada bulan September, Menard mengunjungi sebuah kompleks perumahan sosial untuk pengungsi dari Timur Tengah dan mengatakan kepada mereka "Kau tidak diterima di sini."

Menghadapi pengungsi Suriah dengan petugas polisi dan seorang penerjemah, Menard mengatakan bahwa mereka tidak harus menempati apartemen karena ia mengklaim mereka mencuri air dan listrik. "

Pada bulan Mei, Menard melakukan pelanggaran kebebasan pers ketika ia menghina dan menendang keluar dua wartawan Prancis yang ditunjuk oleh le Club de la presse du Languedoc-Roussillon, klub pers regional, untuk bertemu dengannya untuk meredakan ketegangan antara dia dan media lokal.

Sebelumnya pada bulan Mei, walikota itu juga melanggar hukum dengan menyimpan file-file tentang jumlah siswa Muslim di kotanya. Berbicara pada siaran TV, ia mengklaim ia memiliki informasi statistik tentang agama yang dianut para siswa yang terdaftar di sekolah-sekolah di kota itu, mengklaim bahwa 64,6 persen dari mereka adalah Muslim. Tindakan ilegal pengajuan informasi tentang siswa mendapat serangan dari para pemimpin politik Prancis; tindakan tersebut dilarang oleh undang-undang 1978.

Menard bukanlah politisi Prancis pertama yang mengkritik munculnya hidangan lezar populer Timur Tengah di Prancis. Partainya Front Nasional juga mengecam restoran kebab dan menyalahkan mereka karena merusak keotentikan budaya Prancis. Mereka mengklaim bahwa Prancis sedang mengalami 'kebabization' selama kampanye mereka pada bulan  Maret 2014 dalam pemilu lokal, sementara di lain waktu mereka mengklaim bahwa munculnya toko-toko kebab berubah kota Lembah Loire menjadi sebuah kota Oriental. (st/tds)


latestnews

View Full Version