View Full Version
Kamis, 31 Dec 2015

Gerakan Hamas Larang Pesta Perayaan Malam Tahun Baru di Jalur Gaza

KOTA GAZA, PALESTINA (voa-islam.com) - Gerakan perlawanan Palestina, Hamas telah melarang pesta Malam Tahun Baru secara publik di Jalur Gaza karena hal itu menyalahi "nilai-nilai dan tradisi keagamaan," di wilayah itu kata polisi, Rabu (30/12/2015).

"Kementerian Dalam Negeri dan departemen kepolisian tidak memberikan izin untuk setiap restoran, hotel atau ruangan untuk pesta akhir tahun" setelah beberapa tempat meminta izin, juru bicara polisi Ayman al-Batinji mengatakan kepada AFP. Dia mengatakan perayaan Tahun Baru "tidak sesuai dengan adat istiadat, tradisi, nilai-nilai dan ajaran agama kita."

Pesta juga telah dibatasi dalam "solidaritas dengan keluarga para syuhada intifada Yerusalem," kata Batinji, mengacu pada kekerasan yang melanda kota dan bagian dari Tepi Barat yang diduduki dalam beberapa bulan terakhir.

Sejak 1 Oktober, 136 warga Palestina dan 20 warga Israel tewas dalam gelombang serangan dan bentrokan di Israel dan wilayah Palestina - termasuk beberapa di Gaza.

Sebagian besar warga Palestina gugur saat melakukan serangan, sehingga beberapa menjuluki kerusuhan tersebut sebagai "intifada," atau pemberontakan Palestina ketiga.

Dalam tahun-tahun sebelumnya restoran, hotel dan kafe di Gaza diizinkan untuk menjadi tuan rumah acara tertutup untuk merayakan malam tahun baru.

Tahun baru di bawah kalender Islam dimulai tahun ini pada bulan Oktober.

Kelompok Hamas secara ketat membatasi pihak masyarakat dan perayaan di Gaza. Sebuah sumber yang dekat dengan kepolisian mengatakan pasukan keamanan akan menutup "pesta-pesta tanpa izin."

Gaza adalah rumah bagi 1,8 juta warga Palestina - salah satu pupulasi penduduk tertinggi di dunia.

Wilayah ini telah berada di bawah blokade Israel sejak tahun 2006 ketika Hamas mengambil alih wilayah itu dalam perjuangan dengan kekerasan setelah gerakan Fatah yang berkuasa menolak untuk menyerahkan kekuasaan setelah kalah dalam pemilihan umum yang dimenangkan oleh Hamas. (st/AFP)


latestnews

View Full Version