View Full Version
Selasa, 05 Jan 2016

Saudi Akan Hentikan Penerbangan dan Hubungan Dagang ke Iran

RIYADH, ARAB SAUDI (voa-islam.com) - Arab Saudi memperlebar keretakan dengan Iran pada hari Senin (4/1/2015), mengatakan mereka akan mengakhiri lalu lintas udara dan perdagangan terkait dengan republik Syi'ah tersebut dan menuntut bahwa Teheran harus "bertindak seperti sebuah negara normal" sebelum mereka akan memulihkan hubungan diplomatik yang terputus.

Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara bahwa Teheran bertanggung jawab atas meningkatnya ketegangan setelah kerajaan mengeksekusi ulama Syi'ah Nimr al-Nimr pada Sabtu, menggambarkan dia sebagai seorang teroris.

Bersikeras Riyadh akan bereaksi terhadap "agresi Iran", ia mengatakan Teheran mengiriman petempur ke negara-negara Arab dan merencanakan serangan di dalam kerajaan dan tetangga Teluk nya.

"Tidak ada eskalasi pada bagian dari Saudi Arabia. Langkah kami adalah semua reaktif. Ini adalah Iran yang masuk ke Libanon. Ini adalah Iran yang mengirim Tentara Quds dan Pengawal Revolusi mereka ke Suriah," kata Jubeir.

Teheran mengklaim hanya mengirimkan penasihat militer ke Suriah dan Irak atas permintaan pemerintah mereka, dan tidak mau mengakuti plot mereka di negara-negara Teluk.

Eksekusi Nimr memicu protes di kalangan penganut Syi'ah di beberapa wilayah dan demonstran Syi'ah di Iran menyerbu kedutaan Saudi di Teheran, membakar dan menyebabkan kerusakan, mendorong Riyadh untuk memutuskan hubungan dan mengobarkan persaingan yang sudah panas.

"Kami juga akan memotong semua lalu lintas udara ke dan dari Iran. Kami akan memotong semua hubungan komersial dengan Iran. Dan kita akan melarang perjalanan terhadap orang-orang yang bepergian ke Iran," kata Jubeir.

Meski demikian, para peziarah Iran masih akan dipersilakan untuk mengunjungi situs suci umat Islam di Mekkah dan Madinah di Arab Saudi barat, baik untuk haji tahunan atau umarah, katanya.

Al-Jubeir bagaimanapun mengatakan Arab Saudi telah tepat untuk mengeksekusi Nimr, yang ia katakan "mengagitasi, mengorganisasi sel, menyediakan mereka dengan senjata dan uang" - sebuah tuduhan yang keluarga Al-Nimr tidak mau akui.

"Kami harus diberi tepuk tangan untuk ini, bukan dikritik," kata Jubeir tentang eksekusi yang juga termasuk 43 anggota Al-Qaidah.

'KEBIJAKAN AGRESIF'

Jubeir, mantan duta besar untuk Washington di mana FBI pada tahun 2011 mengatakan ia telah menjadi sasaran dari sebuah plot pembunuhan Iran, mengatakan pemutusan dalam hubungan merupakan sebuah tanggapan terhadap masalah yang lebih lama serta penyerbuan kedutaan.

"[Ini] merupakan reaksi terhadap kebijakan agresif Iran selama bertahun-tahun, dan khususnya selama beberapa bulan terakhir. Rezim Iran telah menjadi sponsor terorisme, mereka telah menyiapkan sel-sel teroris di Arab Saudi dan sejumlah negara lainnya, "katanya.

Teheran telah secara konsisten membantah tuduhan dan mereka sendiri menuduh Riyadh mendukung militansi melalui dukungan atas para pejuang yang memerangi presiden penjagal warga Sunni Suriah, Bashar al-Assad.

Jubeir juga menuduh keterlibatan pihak berwenang Iran dalam serangan di kedutaan di akhir pekan, mengatakan diplomat Saudi telah melihat pasukan keamanan memasuki gedung dan mengambil bagian dalam penjarahan dan bahwa polisi tidak menanggapi lebih dari satu permintaan bantuan.

Iran telah membela tindakan untuk melindungi kedutaan Saudi, mengklaim sedang menyelidiki masalah ini dan telah melakukan penangkapan.

Ditanya apa langkah yang Iran harus ambil sebelum Riyadh akan mempertimbangkan pemulihan hubungan diplomatik, Jubeir mengatakan Teheran harus "menghormati norma-norma dan perjanjian dan konvensi internasional" dan "bertindak seperti sebuah negara normal [yang] menghormati integritas wilayah tetangganya". (st/Reuters)


latestnews

View Full Version