View Full Version
Jum'at, 26 Feb 2016

Militer Filipina Klaim Tewaskan 42 Anggota Jamaah Islamiyah di Pegunungan Lanao del Sur

MANILA, FILIPINA (voa-islam.com) - Pasukan keamanan Filipina dilaporkan menewaskan sebanyak 42 mujahidin dan merebut kubu mereka selama lima hari pertempuran di pegunungan di sebuah pulau di selatan, seorang juru bicara militer mengatakan hari Jum'at (26/2/2016).

Militer mengaku hanya tiga tentaranya tewas dan 11 lainnya luka-luka ketika mereka mengatakan merebut sebuah benteng dari afiliasi Jamaah Islamiyah, salah satu jaringan kelompok jihad Asia Tenggara, di provinsi Lanao del Sur.

"Pasukan kami mampu merebut kubu teroris (baca;mujahidin) pada Kamis malam," klaim juru bicara, Mayor Filemon Tan, kepada wartawan melalui telepon dari pulau selatan Mindanao, memperkirakan bahwa sekitar 42 jihadis tewas.

"Kami masih mengejar para pemberontak, menggunakan aset lapis baja."

Tan mengatakan tentara itu menembaki posisi pemberontak dengan Howitzer 105mm pada hari Jum'at, sementara pesawat-pesawat angkatan udara menjatuhkan bom dan helikopter menembakkan roket dekat kota Butig, basis dari kelompok pejuang Moro terbesar di negara itu, Front Pembebasan Islam Moro (MILF).

Namun MILF tidak ikut terlibat dalam pertempuran tersebut dan membantu sekitar 8.000 orang mengungsi dari rumah mereka ketika pertempuran dimulai pada 20 Februari, kata militer.

Filipina telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan MILF Maret 2014, mengakhiri 45 tahun perjuangan bersenjata kelompok tersebut yang telah menewaskan lebih dari 120.000 orang dan 2 juta orang mengungsi.

Pejabat tentara dan polisi percaya beberapa faksi pejuang Muslim, termasuk kelompok Abu Sayyaf (ASG), telah bersumpah setia untuk Islamic State (IS) di Irak dan Suriah, tapi mengatakan mereka tidak menemukan bukti untuk mendukung ini.

Di tempat lain di Mindanao, tentara juga mengejar kelompok Abu Sayyaf, yang memegang sandera beberapa orang asing, termasuk seorang warga Jepang, seorang warga Belanda, dua warga Kanada dan seorang Norwegia. (st/Reuters)


latestnews

View Full Version