View Full Version
Senin, 18 Jul 2016

3 Helikopter Plus 40 Tentara Dikirim untuk Bunuh atau Tangkap Presiden Erdogan di Hotel Saat Kudeta

ANKARA, TURKI (voa-islam.com) - Informasi yang bocor ke harian Turki Hurriyet dan Al-Jazeera, hari Ahad (17/7/2016) menegaskan upaya untuk membunuh atau menangkap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan meluncurkan rincian lebih lanjut tentang cara kerja bagian dalam kudeta.

Hurriyet melaporkan bahwa Komandan Angkatan Darat Pertama Umit Dundar menghubungi Erdogan pada Sabtu malam, sekitar satu jam sebelum kudeta dimulai, untuk memberitahukan bahwa para pemberontak sudah mulai bergerak pada posisinya, sehingga waktunya bagi presiden untuk melarikan diri sebelum tentara menyerbu tempat tinggalnya.

Surat kabar Turki menerbitkan bocoran baru, yang diperoleh seorang penulis yang dekat dengan lingkaran pengambilan keputusan, yang mengatakan Dundar menelpon Erdogan sementara sang presiden sedang berlibur di sebuah resor di Marmaris, Turki barat daya.

"Kamu adakah presiden sah kami," kata Dundar kepada Erdogan. "Saya di sisi Anda, ada kudeta besar dan situasi di luar kendali di Ankara. Datang ke Istanbul dan saya akan mengamankan akses ke jalan-jalan dan akomodasi di sana. "

Surat kabar itu mengatakan bahwa unit-unit khusus pemberontak yang didukung oleh helikopter menyerbu hotel untuk menangkap atau membunuh presiden, sekitar setengah jam setelah dia pergi, tapi saat itu ia sedang dalam perjalanan ke Istanbul.

Rincian dari cerita tersebut dikonfirmasi oleh kepala biro Al-Jazeera Istanbul Abdul Azim Mohammed, yang menambahkan bahwa tiga helikopter dari pasukan khusus militer yang tiba di hotel Erdogan di Marmaris membawa 40 tentara pemberontak dengan maksud membunuh atau menangkap presiden.

Pengawal presiden bentrok dengan tentara kudeta sebelum beberapa dari mereka kabur melarikan diri melalui pegunungan setelah satu helikopter mereka rusak.

Al-Jazeera juga melaporkan bahwa komandan gendarmerie di Bursa, Kolonel Muharrem Kose, ditangkap tiga jam setelah kudeta.

Kose, seorang Syi'ah Nushairy yang menjadi salah satu otak kudeta yang gagal tersebut, masuk dalam daftar lebih dari 80 orang yang seharusnya akan mengelola negara dalam tahap berikutnya dari kudeta, setelah keadaan darurat diberlakukan.

Daftar tersebut termasuk para perwira militer, menteri, hakim, jaksa dan gubernur.

Di dalam kudeta

Al Jazeera juga menerima bocoran dari serangkaian pesan WhatsApp antara pemimpin kudeta dan peserta.

Mereka telah membuat grup pada aplikasi smartphone itu untuk berkomunikasi dan mengirimkan perintah ke sesama komplotan mereka. Bocoran itu menunjukkan bahwa kelompok tersebut aktif, dengan kepemimpinan kudeta menerima tanggapan dari bawahan mereka.

Menurut pesan yang bocor, kudeta itu direncanakan untuk mulai 03:00 pagi (waktu setempat), tapi sebuah keadaan darurat memaksa mereka untuk maju lebih awal dari rencana mereka di Ankara dan Istanbul.

Mereka kemudian mengatur tentang pengendalian bangunan-bangunan kunci pemerintah, jembatan dan bandara.

Pesan-pesan tersebut menunjukkan bahwa kudeta dimulai pada pukul 21.30 malam. Unit-unit militer dikirim ke kedua kota dan dalam waktu 15 menit mereka telah menguasai jembatan yang melintasi Selat Bosphorus di Istanbul. Sepuluh menit kemudian mereka mengambil kendali kantor penyiaran TRT yang dikelola negara.

Bocoran itu juga menunjukkan bahwa unit-unit militer tiba di Bandara Ataturk di Istanbul untuk mengepungnya pada pukul 22.00 WIB, dan bahwa pemberontak menghadapi perlawanan dari polisi di distrik Bayrampasa di pusat Istanbul.

Korespondensi itu juga termasuk bukti kesediaan beberapa petugas polisi untuk bergabung dalam kudeta.

Pemerintah Turki menyadari plot tersebut pukul 22.00 WIB. Hal ini mendorong para pemimpin kudeta mengirim perintah ke tentara mereka untuk menembak setiap anggota pasukan keamanan yang menghalangi mereka.

Pesan yang bocor termasuk sebuah perintah untuk pasukan kudeta yang ada di jembatan Bosphorus untuk mengizinkan beberapa warga terdampar untuk pergi dan untuk membunuh para petugas polisi yang menolak mencoba untuk menyeberangi jembatan.

Salinan pesan bocor menegaskan bahwa mantan komandan angkatan udara Jenderal Akin Ozturk adalah dalang dari kudeta itu, dan bahwa rencana awal adalah untuk menyatakan keadaan darurat dan jam malam dan menghentikan lalu lintas udara pukul 06:00 pagi. (st/MEE)


latestnews

View Full Version