View Full Version
Kamis, 10 Nov 2016

Analis Sebut Ketakutan Warga Kulit Putih jadi Sebab Kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS

AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Presiden terpilih AS dari partai Republik, Donald Trump memenangkan pemilu melawan saingannya dari Partai Demokrat Hillary Clinton dengan sebab "warga kulit putih Amerika" panik dan dicampur dengan "ketakutan kulit putih" di antara orang-orang yang tidak ingin minoritas untuk tumbuh, kata seorang analis politik Amerika.

Berbicara kepada Press TV pada hari Rabu (9/11/2016), Alan Bean, direktur eksekutif di Friends of Justice, mengatakan ada alasan penting mengapa Partai Demokrat kalah dalam perlombaan ke Gedung Putih meskipun memiliki elit dan media massa di pihak mereka.

"Hal-hal yang benar-benar menakjubkan tentang pemilu ini adalah bahwa semua elit di Amerika, apakah kita berbicara tentang universitas, akademisi, orang-orang keuangan di Wall Street, kapten industri, tentu saja media massa ... hampir semua koran di Amerika Serikat mendukung Hillary Clinton," katanya.

"Bahkan Fox News yang biasanya adalah suara sangat konservatif kulit putih Amerika agak terbagi pada Trump ... namun ia menang," kata sang analis.

Hasil pemilu itu menunjukkan bahwa Amerika mencapai "titik kritis" di mana minoritas "berkembang sangat pesat" sementara generasi muda semakin mengembangkan pola pikir liberal.

"Jadi semua tren demografi ini bergerak ke arah Demokrat dan saya pikir warga kulit Putih Amerika-sebagai orang-orang yang dibesarkan di sebuah negara yang dikendalikan oleh orang kulit putih, di mana keputusan dibuat untuk orang kulit putih, mulai panik," Bean berpendapat.

"Kepanikan itu menjadi begitu mendalam yang itu mengantar mereka ke tempat pemungutan suara dalam jumlah jauh melebihi apa pun yang setiap orang telah perkirakan," dia menjelaskan lebih lanjut.

Kampanye Trump ditandai dengan komentar-komentar tentang orang-orang dari berbagai ras dan agama.

Dia mengancam untuk melarang semua Muslim memasuki AS, sementara menuduh pengungsi Suriah dan Somalia datang ke negara itu sebagai teroris.

Pengusaha New York itu juga berjanji untuk mendeportasi semua imigran gelap dan membangun dinding di perbatasan dengan Meksiko untuk mencegah penyeberangan perbatasan ilegal ke AS.

Pengubah permainan lain, menurut Bean, adalah penyelidikan FBI ke email Clinton.

FBI telah membersihkan Clinton dari semua tuduhan sehubungan dengan penggunaan nya terhadap server email pribadi ketika dia menjabat sekretaris negara. Namun, hanya beberapa hari sebelum Hari Pemilihan, biro penyelidik federal tersebut membuka kembali kasus itu setelah menemukan email baru.

Kekacauan itu membuat kerusakan besar terhadap reputasi Clinton, meskipun dia dibebaskan dari semua tuduhan untuk kedua kalinya.

"Saya pikir mungkin jika [Direktur FBI James] Comey tidak campur tangan, Hillary akan berkicau menyatakan kemenangan yang sangat tipis," katanya.

Partai Demokrat segera menyalahkan Comey, setelah Clinton gagal untuk mengambil cukup electoral votes untuk menang pada hari Selasa, meskipun memenangkan suara populer. Trump mengalahkannya dengan 289 suara di banding 228 suara.

"Saya pikir itu benar-benar ketakutan kulit putih yang tumbuh untuk hal ini; kita memiliki pemilih non-kulit putih, kita memiliki pemilih kulit putih dan mereka menjadi lebih terpolarisasi sepanjang waktu, "Bean menyimpulkan. (st/ptv)


latestnews

View Full Version