View Full Version
Ahad, 11 Jun 2017

Menlu Jerman Peringatkan Perselisihan Qatar dan Negara Tetangganya Bisa Berakhir dengan Perang

BERLIN, JERMAN (voa-islam.com) - Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel telah memperingatkan bahwa perselisihan antara Qatar dan tetangganya di kawasan Teluk Arab bisa berakhir dalam sebuah perang.

Gabriel mengatakan dalam sebuah komentar yang diterbitkan pada hari Sabtu (10/6/2017) bahwa masih ada kesempatan bagi Qatar dan anggota terkemuka Dewan Kerjasama Teluk Persia (GCC) untuk meredakan ketegangan, jika tidak, katanya, ancaman perang di antara mereka tampak besar.

"Ada bahaya bahwa perselisihan ini bisa mengarah pada perang," Gabriel mengatakan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Jerman Frankfurter Allgemeine Sonntagszeitung.

Diplomat tertinggi itu menyesalkan sebuah kekerasan "dramatis" dalam hubungan antara Qatar dan Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain.

Tiga negara Teluk Persia tersebut, bersama dengan Mesir dan Maladewa, memutuskan hubungan dengan Qatar sepekan yang lalu, menuduh negara tersebut mendukung terorisme. Tiga tetangga Qatar juga menghentikan transportasi laut, darat dan udara dengan kerajaan kecil itu, yang secara efektif memberlakukan blokade di sana.

Doha membantah tuduhan mendukung teroris sambil bersikeras bahwa Saudi dan sekutu telah terus mendesak Qatar selama beberapa bulan terakhir untuk mendikte kebijakan luar negeri mereka di kerajaan tersebut. Qatar mengatakan mereka terbuka untuk pembicaraan untuk memperbaiki hubungan dengan Saudi dan sekutunya, namun bersikeras bahwa mereka akan tetap independen dalam masalah kebijakan luar negeri utama.

Gabriel mengatakan bahwa dia secara pribadi mengadakan pertemuan dengan rekan-rekan sejawat dari Arab Saudi, Qatar dan Turki pekan ini saat berbicara melalui telepon dengan menteri luar negeri Iran dan Kuwait untuk menyoroti kekhawatiran Jerman mengenai perselisihan Qatar.

"Setelah pembicaraan saya pekan ini, saya tahu betapa serius situasinya, tapi saya yakin ada juga peluang bagus untuk maju," katanya. (st/ptv)


latestnews

View Full Version