View Full Version
Selasa, 13 Jun 2017

Mesir Akan Salurkan Listrik ke Gaza dengan Syarat Hamas Serahkan 17 'Tersangka Teror'

KAIRO, MESIR (voa-islam.com) - Mesir dilaporkan menawarkan pasokan listrik yang sangat dibutuhkan di Gaza dan juga kebebasan lebih besar kepada Hamas di perbatasan dengan imbalan kelompok tersebut menyetujui beberapa tuntutan keamanan, media Arab melaporkan pada hari Selasa (13/6/2017).

Tawaran tersebut dilakukan di tengah pembatasan listrik yang besar yang diberlakukan di Gaza oleh Israel atas permintaan Otoritas Palestina pimpinan Mahmoud Abbas di Ramallah.

Daftar tuntutan Mesir termasuk bahwa Hamas harus menyerahkan lebih dari 17 orang yang dicari oleh Kairo atas tuduhan teror, mengakhiri penyeludupan senjata ke Sinai, keamanan yang lebih besar di perbatasan dan data intelijen mengenai pergerakan terowongan ke Gaza, Asharq al-Awsat melaporkan.

Tawaran tersebut dilaporkan diserahkan ke kepala Hamas Gaza Yahya Sinwar dalam perjalanan sembilan hari ke Kairo.

Pemerintah Israel memutuskan untuk secara drastis mengurangi jumlah listrik yang dipasok ke Gaza, sesuai dengan rencana Otoritas Palestina Presiden Mahmoud Abbas untuk meningkatkan tekanan pada Hamas, yang merupakan saingan pahit faksi Fatah yang dipimpinnya.

Di bawah tingkat pasokan saat ini, Gaza hanya memiliki listrik empat sampai enam jam sehari, yang secara signifikan merusak layanan medis di jalur pantai Mediterania tersebut.

Meskipun tawaran Mesir, tidak jelas apakah Kairo akan mampu membendung krisis listrik Gaza. Saat berfungsi, kabel listrik Mesir menyediakan 25 megawatt - hanya 6,25 persen dari jumlah yang dibutuhkan oleh wilayah itu per harinya.

Tentara Israel mengatakan Mesir belum memberikan listrik ke Gaza baru-baru ini karena jalur saluran listik malfungsi. Hal ini membuat Israel menjadi satu-satunya sumber listrik untuk Jalur Gaza.

Hubungan antara Mesir dan Hamas telah berbatu sejak penggulingan Presiden Mesir Muhammad Mursi pada 2013.

Dalam beberapa tahun terakhir, delegasi dari Hamas telah melakukan perjalanan ke Kairo dengan harapan dapat meringankan hubungan yang, bagaimanapun hanya mendapatkan sedikit keberhasilan. Perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza tetap ditutup dan hanya dibuka secara berkala.

Kairo menuduh Hamas mendukung kelompok jihadis di wilayah Sinai yang bergolak.

Hamas, sementara itu, sangat ingin meyakinkan Mesir bahwa mereka adalah mitra terpercaya dengan mengerahkan pasukan tambahan di persimpangan Rafah.

Bulan lalu, kelompok tersebut juga merilis sebuah dokumen kebijakan yang membatalkan hubungan lama dengan Ikhwanul Muslimin - sebuah kelompok yang dianggap organisasi teror oleh Mesir.

Terlepas dari isyarat ini, penyerahan tersangka teror ke Kairo oleh Hamas adalah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya. (st/TNA)


latestnews

View Full Version