View Full Version
Sabtu, 17 Jun 2017

Ribuan Pengungsi Suriah di Turki Mudik ke Kampung Halaman untuk Merayakan Idul Fitri

OCUPINAR, TURKI (voa-islam.com) - Tradisi mudik saat hari raya ternyata tidak hanya dilakukan oleh umat Islam di Indonesia saja, namun juga oleh Muslim lain di berbagai negara termasuk para pengungsi Suriah yang saat ini tengah terpaksa "menumpang hidup" di Turki menyusul perang di negara mereka yang belum juga berakhir setelah lebih dari 6 tahun berlalu.

Lebih dari 3.000 pengungsi Suriah di Turki menyeberang ke Suriah pada hari Kamis setelah pihak berwenang Turki membuka perbatasan menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri yang akan datang yang menandai berakhirnya bulan Ramadan, kantor berita The New Arab melaporkan hari Jum'at (16/6/2017).

Turki menampung lebih dari tiga juta pengungsi Suriah yang telah meninggalkan perang sipil brutal yang dimulai pada tahun 2011, dan baru-baru ini mengizinkan mereka yang memiliki dokumen perjalanan yang sah untuk kembali berlibur Idul Fitri mulai tanggal 25 Juni.

Pihak berwenang tidak memberikan gambaran berapa banyak yang telah kembali sejauh ini, namun para saksi mengatakan kepada Reuters bahwa ribuan orang telah menyeberang dengan berjalan kaki melalui gerbang perbatasan Cilvegozu dan Oncupinar.

Mereka yang memilih untuk "mudik" harus kembali sebelum 14 Juli dan siapa pun yang kembali setelah itu akan diperlakukan sebagai kedatangan baru dan tunduk pada proses imigrasi, kata seorang pejabat Turki kepada Reuters.

Turki memperketat keamanan perbatasannya pada 2016 setelah membuat kesepakatan dengan Uni Eropa untuk menghentikan arus migrasi, dengan pemerintah mengatakan telah menghabiskan lebih dari $ 25 miliar untuk perumahan pengungsi.

Namun, kebanyakan orang Syria tinggal di luar kamp yang dibangun pemerintah dan berjuang mencari pekerjaan dan memenuhi kebutuhan.

"Kadang-kadang mereka membuat Anda bekerja tapi mereka tidak membayar. Kalaupun mereka melakukannya (membayar), itu tidak cukup," Sevsen Um Mustafa mengatakan kepada Reuters.

"Bahkan bau tanah Aleppo lebih baik dari sini," kata mantan penduduk Aleppo tersebut. "Saya lebih suka mati di sana karena perang daripada di sini karena kelaparan."

Meskipun ada izin kerja untuk warga Suriah pada 2016, sebagian besar mengatakan bahwa peluang langka dan upah rendah.

"Bahkan jika saya bekerja selama sebulan penuh, saya hanya memiliki 200-300 liras ($ 57 - $ 85) setelah membayar uang sewa," kata Ali, yang pulang ke Afrin di Suriah barat laut setelah empat tahun di Turki.

"Saya tidak memiliki hak cuti, tidak ada asuransi, saya menderita."

Ankara mengatakan ribuan orang Syria telah kembali ke negara yang dilanda perang itu karena kota-kota telah direbut kembali oleh pejuang oposisi dari tangan Islamic State (IS).

Turki meluncurkan sebuah kampanye militer pada tahun 2016 bersama dengan faksi-faksi oposisi sekuler yang berafiliasi dengan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) untuk mendorong pejuang IS dari perbatasannya, namun di masa lalu menghadapi kritik karena gagal menghentikan arus pejuang yang meninggalkan dan memasuki Suriah melalui Turki.

Sejak itu telah mereka memperkuat perbatasan dengan Suriah sepanjang 900 kilometer dengan ladang ranjau, selokan, dinding, dan pagar. (st/TNA)


latestnews

View Full Version