View Full Version
Kamis, 31 Aug 2017

Kelompok Buddha Desak Militer Myanmar Lebih Keras Lagi Perangi Muslim Rohingya

YANGON, MYANMAR (voa-islam.com)—Alih-alih meredam konflik yang terjadi di Rakhine, justru umat Buddha di Myanmar mendukung langkah operasi militer. Kamis (31/8/2017) kelompok Buddha pimpinan biksu Ashin Wiarthu melakukan unjuk rasa di Ibukota Myanmar Yangon guna mendesak militer Myanmar untuk lebih keras lagi memerangi Muslim Rohingya.

Menurut Wirathu, Muslim Rohingya dinilai telah melakukan pemberontakan. Hanya dengan cara operasi militer ‘pemberontakan’ yang dilakukan Muslim Rohingya dapat diredam.

Wirathu mencibir pemerintah pimpinan Aung San Suu Kyi dianggap tidak tanggap ketika pihak militer menggelar pertemuan Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional. Dalam pertemuan itu semestinya diputuskan menerbitkan kondisi darurat militer di Negara Bagian Rakhine, dan pihak militer berkuasa penuh melakukan operasi.

"Cuma panglima militer yang bisa melindungi nyawa dan harta penduduk. Hanya militer yang bisa memberikan pelajaran terhadap para teroris Bengal itu," kata Wirathu seperti dikutip dari Associated Press.

Wirathu menyatakan orang Rohingya sebagai kaum Bengal, karena dia meyakini mereka adalah pendatang gelap dari Bangladesh. Padahal, orang Rohingya sudah beranak pinak sejak masa Kerajaan Arakan. Selain itu, Wirathu mengecam lembaga bantuan dunia justru membantu orang Rohingya dia anggap sebagai teroris.

Konflik antara orang Rohingya dan warga Buddha di Rakhine meletup sejak lima tahun lalu. Lantas hal itu menjadi alasan kelompok Buddha ekstrem menggalang gerakan anti-Islam.

Sekitar satu juta warga Rohingya hidup di bawah kondisi persekusi di Rakhine oleh penduduk mayoritas Buddha. Orang Rohingya selalu dianggap bukan warga negara Myanmar. Alhasil, sebagian besar dari mereka hidup melarat. Orang Rohingya semakin terdesak dan beberapa terpaksa angkat senjata.

Wilayah Maungdaw, di bagian utara Rakhine, adalah pusat konflik. Namun, dampaknya meluas ke daerah lain. Tentara Myanmar berdalih mereka menggelar operasi militer buat menumpas 'pemberontak'. Namun, para pengungsi menyatakan serdadu Myanmar justru menyerang dan membakar perkampungan Rohingya dan menembaki warga sipil. Pemerintah Myanmar menyalahkan 'pemberontak' Rohingya dan pendukungnya karena terus menyulut konflik.

Pemerintah Myanmar menyatakan korban jiwa dalam konflik hingga saat ini mencapai 103 orang. Terdiri dari 12 tentara, 77 'pemberontak', dan 14 warga sipil. Sedangkan pegiat hak asasi menyatakan jumlah korban tewas bisa lebih tinggi lagi. Sebagian warga Rohingya kini terpaksa mengungsi di zona netral perbatasan dengan Bangladesh, di tengah hutan tanpa tempat berteduh. * [Ap/Mk/Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version