View Full Version
Sabtu, 06 Jan 2018

10.000 Lebih Milisi Syi'ah Afghanistan yang dikirim oleh Iran Tewas atau Terluka di Suriah

TEHERAN, IRAN (voa-islam.com) - Lebih dari 2.000 penganut Syi'ah Afghanistan yang dikerahkan oleh Iran telah tewas dalam pertempuran di Suriah untuk membela rezim Presiden Bashar al-Assad, seorang pejabat dalam milisi tersebut mengatakan kepada media Iran.

Brigade Fatemiyoun dari rekrutan "sukarelawan" Syi'ah Afghanistan telah berperang di Suriah selama lima tahun, kata Zohair Mojahed, seorang pejabat budaya di brigade tersebut.

"Brigade ini telah memberi lebih dari 2.000 martir dan 8.000 terluka untuk Islam (baca: agama Syi'ah)," katanya dalam sebuah wawancara dengan surat kabar reformis Shargh yang diterbitkan pada hari Sabtu (6/1/2017).

Iran jarang memberikan angka pada jumlah pasukan yang bertempur dan tewas dalam operasinya di Suriah dan Irak.

Korban terakhir diberikan oleh organisasi veteran pada bulan Maret, yang mengatakan 2.100 milisi Syi'ah bayaran Iran telah mati tanpa menentukan berapa jumlah orang asing yang direkrut.

Iran membantah mengirim pasukan profesional untuk berperang di wilayah tersebut, dengan mengklaim bahwa pihaknya hanya menyediakan penasihat militer dan brigade terorganisir yang terdiri dari milisi Syi'ah bayaran dari Iran, Afghanistan dan Pakistan.

Fatemiyoun dilaporkan merupakan unit militer terbesar yang dikerahkan oleh Iran di Irak dan Suriah, yang terdiri dari rekrutan dari minoritas Syi'ah Afghanistan.

Iran telah mendukung milisi Syi'ah Afghanistan di masa lalu melawan mujahidin Taliban di negara mereka sendiri, dan juga memobilisasi mereka melawan pasukan Saddam Hussein dalam perang Iran-Irak pada tahun 1980-88.

Sekitar 3.000 orang Syi'ah Afghanistan tewas dalam pertempuran di Irak pada tahun 1980an, kata Mojahed.

Teheran mengiming-imingi kewarganegaraan Iran kepada keluarga milisi Syi'ah asing yang "menjadi martir" dalam konflik Suriah dan Irak.

Media Iran telah melaporkan pemakaman para milisi Syi'ah yang mati di Suriah dan menyiarkan fitur televisi tentang kehadiran mereka di negara yang telah dilanda perang sejak 2011 tersebut. (st/F24) 


latestnews

View Full Version