View Full Version
Senin, 22 Jan 2018

Bangladesh Katakan Akan Berkoordinasi dengan PBB untuk Pengembalian Pengungsi Rohingya

DHAKA, BANGLADESH (voa-islam.com) - Bangladesh pada hari Ahad (21/1/2018) berusaha meyakinkan masyarakat internasional bahwa pemulangan yang direncanakan terhadap ratusan ribu Muslim Rohingya ke Myanmar barat yang mengalami konflik akan secara "sukarela" dan berkoordinasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dalam sebuah briefing dengan diplomat asing, Menteri Luar Negeri Bangladesh A.H Mahmood Ali menegaskan bahwa operasi untuk mengembalikan sekitar 750.000 pengungsi yang melarikan diri dari kerusuhan dan sebuah tindakan brutal militer di Myanmar akan melibatkan badan pengungsi PBB.

"Untuk memastikan bahwa kembalinya secara sukarela, Bangladesh telah memasukkan ketentuan untuk keterlibatan UNHCR dan organisasi internasional lainnya yang relevan dalam keseluruhan proses pengembalian," katanya pada pertemuan di Dhaka.

Rencana oleh Bangladesh dan Myanmar untuk memulangkan para pengungsi, yang menghadapi kondisi putus asa di kamp-kamp padat di dekat perbatasan bersama negara tersebut, akan dimulai dalam beberapa hari dan berlangsung selama dua tahun.

Tapi upaya itu telah dipenuhi oleh protes marah di kalangan pengungsi Rohingya, dengan banyak korban trauma akibat kekejaman termasuk pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran di rumah mereka.

Kelompok hak asasi manusia dan PBB mengatakan bahwa pemulangan harus bersifat sukarela.

Mereka juga mengungkapkan kekhawatiran tentang kondisi di Myanmar, di mana banyak pemukiman Rohingya telah dibakar habis oleh tentara dan massa Budha radikal.

Pelapor khusus PBB Yanghee Lee saat ini mengunjungi kamp-kamp di tenggara Bangladesh dimana sekitar satu juta minoritas Muslim sekarang tinggal.

Ali mengatakan Bangladesh ingin "memastikan bahwa kesepakatan tersebut memfasilitasi pengembalian yang aman, sukarela, bermartabat dan berkelanjutan," kata sang menteri, menurut sebuah pernyataan.

Dia mengklaim bahwa Myanmar akan melibatkan Palang Merah dalam proses repatriasi, menambahkan bahwa mereka telah sepakat untuk mengizinkan India, Cina dan Jepang untuk membantu membangun kembali rumah dan desa di Rakhine.

Diplomat Barat yang menghadiri briefing tersebut menekankan kondisi yang aman untuk pemulangan tersebut.

"Orang Rohingya yang telah saya temui di kamp tersebut tidak ingin kembali ke situasi yang akan membahayakan mereka," Duta Besar AS untuk Bangladesh Marcia Bernicat mengatakan kepada wartawan setelah briefing tersebut.

"Mereka tidak ingin kembali ke ketidakpastian. Dan mengapa salah satu dari kita ingin mereka kembali ke ketidakpastian. Sekali lagi kondisinya harus aman dan bisa diterima, "katanya.

Kesepakatan repatriasi tersebut tidak mencakup sekitar 200.000 pengungsi Rohingya yang tinggal di Bangladesh sebelum bulan Oktober 2016, yang melarikan diri akibat serangkaian kekerasan komunal dan operasi militer sebelumnya. (st/an) 


latestnews

View Full Version