View Full Version
Sabtu, 12 May 2018

Intelijen Militer Myanmar Buru Muslim Rohingya yang Berbicara dengan Utusan PBB

RAKHINE, MYANMAR (voa-islam.com) - Badan-badan intelijen militer Myanmar dilaporkan telah memburu warga desa Muslim Rohingya yang "nekat" berbicara kepada delegasi Dewan Keamanan PBB di Rakhine pekan lalu, yang mendorong mereka untuk bersembunyi.

Anggota komunitas lokal itu berbicara kepada delegasi PBB selama kunjungan mereka ke daerah yang bermasalah awal bulan ini dan berbagi laporan kekerasan mereka di tangan para pejabat militer Myanmar.

Sejak itu, mereka terpaksa menghilang setelah pihak intelijen meluncurkan upaya untuk melacak mereka, harian Inggris The Guardian melaporkan Sabtu (12/5/2018).

Surat kabar itu mengutip seorang wartawan Rohingyan yang mengatakan bahwa sebelum kedatangan delegasi PBB ke Rakhine, para pejabat di kotapraja Maungdaw telah mengancam warga Muslim di desa-desa tetangga agar tidak bercerita kepada para utusan apapun yang merugikan tentang pemerintah Myanmar atau pasukan keamanannya.

"Siapa pun yang tidak mematuhi peringatan akan menghadapi konsekuensi keras, pihak berwenang mengancam," kata wartawan yang tidak disebutkan namanya, yang menjelaskan bahwa identitasnya dirahasiakan demi alasan keamanan.

Sementara sebagian besar penduduk menolak untuk berbicara dengan utusan PBB menyusul ancaman itu, "di desa Nolboinna, tiga remaja laki-laki dan seorang wanita setengah baya berani menentang perintah tersebut," tambah harian itu.

"Segera setelah utusan meninggalkan Nolboinna, agen dari Sa Ra Pa atau unit intelijen militer dan penjaga perbatasan polisi (BGP) Myanmar tiba di desa mencari warga Rohingya yang telah berbicara dengan utusan tersebut," katanya.

"Beberapa agen intelijen yang menemani utusan telah memfilmkan percakapan antara penduduk desa Rohingya dan utusan di Nolboinna," menurut reporter yang dikutip oleh harian itu.

“Agen Sa Ra Pa menunjukkan beberapa klip video itu kepada administrator desa dan penduduk desa Nolboinna lainnya dan meminta bantuan mereka untuk mencari tahu empat warga desa Rohingya tersebut.

"Sudah jelas, karena takut pembalasan dari pemerintah atau badan keamanan mereka semua (anak-anak dan perempuan itu) bersembunyi. Kami tidak tahu apakah mereka masih di Burma atau telah menyeberang ke Bangladesh."

Selama kunjungan satu hari mereka ke Rakhine pada tanggal 1 Mei, perwakilan PBB melakukan kunjungan ke beberapa desa Rohingya, yang ingin mendengar pengalaman kekerasan langsung yang digunakan oleh pasukan militer dari sebanyak mungkin penduduk desa Muslim.

Sebagai hasil nyata dari temuan perjalanan mereka, Dewan Keamanan PBB meminta otoritas Myanmar pada hari Rabu untuk mempercepat upaya untuk memastikan kembalinya warga Muslim Rohingya secara aman dan meminta pertanggungjawaban mereka yang telah melakukan serangan terhadap minoritas Muslim.

Anggota dewan lebih lanjut mendesak pemerintah Myanmar dalam sebuah rancangan laporan untuk melakukan "investigasi transparan atas tuduhan pelecehan dan pelanggaran hak asasi manusia."  (st/ptv)


latestnews

View Full Version