View Full Version
Selasa, 15 May 2018

Turki: AS dan Israel Bertanggung Jawab Atas Pembantaian di Perbatasan Gaza

ANKARA, TURKI (voa-islam.com) - AS bersama Israel bertanggung jawab atas pembunuhan terhadap sedikitnya 58 orang Palestina tak bersenjata di sepanjang perbatasan Gaza pada hari Senin (14/5/2018), kata wakil perdana menteri Turki.

"Pemerintah AS bertanggung jawab sebagaimana pemerintah Israel untuk pembantaian ini," Bekir Bozdag menulis di Twitter, mengatakan kekerasan itu dipicu oleh "keputusan yang tidak adil dan melanggar hukum" dalam referensi untuk Washington yang memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Warga Palestina menggelar unjuk rasa massal di sepanjang perbatasan Gaza menjelang pembukaan kedutaan baru AS di Jerusalem pada Senin, yang dihadiri oleh putri Presiden Donald Trump Ivanka dan sang menantu Jared Kushner.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan pejabat lainnya telah berulang kali mengutuk keputusan AS untuk memindahkan kedutaan, memperingatkan akan memicu kerusuhan.

"Pemerintah AS yang memindahkan kedutaannya ke Yerusalem menghancurkan peluang untuk perdamaian dan menyulut api yang akan menyebabkan lebih banyak korban dan cedera manusia serta kehancuran dan bencana di kawasan itu," kata Bozdag, yang juga juru bicara pemerintah.

"Mulai sekarang, tidak akan ada yang sama dalam masalah Palestina dan Yerusalem," tambahnya.

Para pemimpin Palestina secara efektif memboikot Washington sejak pengumuman Jerussalem Jerusalem pada bulan Desember.

Keputusan itu, meskipun dirayakan oleh Perdana Menteri sayap kanan Israel Binyamin Netanyahu, melanggar beberapa dekade kebijakan AS bahwa status Yerusalem akan diputuskan dalam negosiasi masa depan antara Israel dan Palestina.

Setidaknya 100 warga Palestina telah tewas oleh tembakan Israel sejak protes dan bentrokan dimulai di sepanjang perbatasan Gaza pada 30 Maret sebagai bagian dari Great March of Return. Aktivis menyerukan pengungsi yang melarikan diri atau diusir selama perang 1948 untuk diizinkan kembali.

Tidak ada orang Israel yang terluka sejak 30 Maret dan militer telah menghadapi kritik karena menggunakan amunisi tajam. (st/TNA)


latestnews

View Full Version