View Full Version
Senin, 09 Jul 2018

PBB Ragu Atas Pemulangan Muslim Rohingya ke Myanmar

DHAKA, BANGLADESH (voa-islam.com) - PBB telah menyuarakan keraguannya tentang pemulangan Rohingya ke Myanmar atas berlanjutnya kekerasan sistematis yang menargetkan minoritas Muslim.

Pemerintah Myanmar belum membuat kemajuan untuk membongkar sistem diskriminasi dalam undang-undang, kebijakan, dan praktik negara untuk membuat Rakhine utara aman dan stabil, kata pelapor khusus PBB tentang situasi hak asasi manusia di Myanmar Yanghee Lee pada hari Ahad (8/7/2018).

"Datanglah bersama dan buat mekanisme akuntabilitas ... Sekarang saatnya untuk bekerja daripada hanya berbicara," katanya dalam konferensi pers di Dhaka setelah kunjungan 10 hari ke kota pelabuhan Bangladesh selatan, Cox's Bazar.

Dia menambahkan bahwa Rohingya saat ini membutuhkan kesempatan untuk pendidikan, mengeksplorasi opsi mata pencaharian dan kebebasan bergerak untuk memperoleh kebutuhan dasar mereka, yang termasuk perawatan medis.

Pada hari Jumat, Dokter untuk Hak Asasi Manusia (PHR) mengkonfirmasi laporan kekejaman mengerikan yang dilakukan terhadap pengungsi Muslim Rohingya, yang melarikan diri dari kampanye pembersihan etnis yang disponsori negara di Myanmar.

Orang-orang yang selamat dari Rohingya, yang tinggal di kamp pengungsi Cox's Bazar, memberi tahu dokter apa yang telah mereka alami di tangan pasukan militer, yang membakar desa-desa mereka dan memaksa mereka keluar dari negara asal mereka.

Dalam sebuah laporan, dilihat oleh Reuters, PHR yang berbasis di AS mengatakan semua laporan tentang yang ditembak, diretas dan terluka oleh bahan peledak di Myanmar didukung oleh bukti.

Muslim Rohingya yang berbasis di Negara Bagian Rakhine Myanmar telah menjadi sasaran kampanye pembunuhan, pemerkosaan, dan pembakaran oleh militer yang didukung oleh ekstrimis Budha di negara itu dalam apa yang digambarkan oleh PBB sebagai "contoh buku teks tentang pembersihan etnis."

Kampanye brutal telah memaksa sekitar 700.000 Muslim Rohingya untuk melarikan diri dari tanah air mereka sejak Agustus 2017 dan mencari perlindungan di Bangladesh. (st/ptv)


latestnews

View Full Version