View Full Version
Rabu, 01 Aug 2018

PM Ethiopia Sebut Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed Bin Zayed 'Telah Kehilangan Islam'

ADIS ABABA, ETHIOPIA (voa-islam.com) - Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed pada hari Jum'at (28/7/2018) mengatakan bahwa dia dengan dingin menolak tawaran oleh Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed (MBZ) untuk membangun sebuah pusat Islam di negara Afrika Timur, mengatakan kepada sang pangeran bahwa ia telah "kehilangan" Islam.

Berbicara pada pertemuan orang-orang Ethiopia-Amerika di bagian tenggara negara bagian Virginia, Ahmed mengingat kembali percakapan dia dengan pangeran Emirat yang berkuasa.

"Kami akan membantu Anda dengan banyak hal. Kami akan mengajari Anda," kata Bin Zayed kepada Ahmed ketika ditanya tentang bagaimana UAE dapat membantu pembangunan pusat Islam di Ethiopia.

"Kami tidak perlu belajar agama dari Anda. Anda telah kehilangan agama. Yang kami butuhkan adalah belajar bahasa Arab dengan cepat, jadi kami bisa lebih memahami agama dan mengajarkannya kepada Anda, dan mengembalikan Anda ke sana," Ahmed membalas bin Zayed.

Ahmed menambahkan bahwa dia kemudian mengatakan kepada bin Zayed bahwa "kamu telah kehilangan agama (Islam)," menunjuk pada konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah.

"Islam yang tidak tampak seperti Islam sejati telah mulai menyebar di antara Anda, dan Anda telah melupakan kedamaian dan bagaimana memaafkan," katanya dalam percakapan pribadi.

Dia menambahkan bahwa jumlah Muslim di Ethiopia, yang membentuk lebih dari 30 persen penduduk negara itu, melebihi jumlah penduduk Muslim di negara-negara Teluk.

Komentar pemimpin Ethiopia itu menyusul pertemuan Selasa (31/7/2018) lalu antara dirinya, Mohammed bin Zayed dan Presiden Eritrea Isaias Afwerki di Abu Dhabi. Bin Zayed telah menjadi tuan rumah pasangan itu setelah penandatanganan perjanjian perdamaian bersejarah antara negara-negara saingan sebelumnya.

Selama pertemuan, Mohammed bin Zayed memberikan penghargaan kepada pasangan itu atas upaya mereka dalam mencari perdamaian, menurut kementerian luar negeri UEA.

Ethiopia, bagaimanapun, dalam beberapa pekan terakhir tampaknya kurang antusias tentang keterlibatan jelas UEA dalam kesepakatan damai, dengan pengamat mencatat bahwa Negara Teluk itu telah berusaha untuk memanfaatkan peristiwa bersejarah tersebut.

Awal bulan ini, Kementerian Luar Negeri Ethiopia mengeluarkan klarifikasi menyusul klaim oleh media UAE bahwa emirat berperan dalam mengakhiri konflik 20 tahun.

Meles Alem, juru bicara kementerian luar negeri Ethiopia, menekankan bahwa penandatanganan perjanjian damai terjadi tanpa mediasi pihak ketiga.

Awal bulan ini, UAE dikecam oleh Uni Eropa karena aktivitas politiknya di Tanduk Afrika. Uni Eropa menuduh Uni Emirat Arab itu menyebabkan "destabilisasi" di Somalia karena penolakan negara itu untuk memihak pemboikotan yang dipimpin Saudi terhadap Qatar.

UAE, bersama dengan Arab Saudi, Mesir dan Bahrain telah memboikot Qatar sejak tahun lalu atas dugaan dukungan terorisme oleh Doha. Qatar membantah keras tuduhan itu dan menolak menyerah pada tuntutan dari blok yang dipimpin Saudi.

Abu Dhabi telah berusaha untuk mendapatkan negara-negara lain untuk bergabung dengan boikot diplomatik dengan berbagai iming-iming bantuan, namun demikian mendaparkan sedikit keberhasilan. (st/TNA)


latestnews

View Full Version