View Full Version
Senin, 01 Oct 2018

Rezim Assad Harus Membayar 1 Miliar USD untuk Sistem Rudal Terbaru S-300 dari Rusia

DAMASKUS, SURIAH (voa-islam.com) - Rezim Suriah harus membayar Rusia sebesar $ 1 miliar (-+Rp 14,9 trlyun) untuk sistem pertahanan udara baru yang Damaskus klaim akan menghalangi serangan udara Israel, penyiar publik Israel KAN melaporkan pada hari Sabtu (29/9/2019).

Mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, kantor berita itu mengatakan pembayaran untuk sistem pertahanan udara S-300 yang maju telah diparkir di bank-bank Rusia sejak kesepakatan 2013 yang tertunda atas permintaan Israel.

"Ini tidak akan menjadi tantangan sederhana bagi [Israel] dan kami berurusan dengan itu dengan cara yang berbeda dan tidak harus melalui penghentian pengiriman," kata sebuah sumber politik seperti dikutip.

Sumber itu menambahkan Perdana Menteri Israel Binyamin Netanyahu telah meminta Presiden AS Donald Trump untuk "beberapa permintaan khusus mengenai pengiriman itu, semuanya telah diterima".

Rusia mengumumkan awal pekan ini bahwa pihaknya akan memasok rudal anti-pesawat setelah pasukan Suriah yang menanggapi serangan udara Israel secara keliru menembak jatuh pesawat pengintai militer Rusia, menewaskan semua 15 orang di dalamnya.

Insiden itu memicu ketegangan regional. Netanyahu menelpon Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengungkapkan duka karena kehilangan nyawa dan mengirim delegasi militer tingkat tinggi ke Moskow.

Sistem ini menggantikan sistem S-200 buatan Rusia yang sudah ada di Suriah, yang sudah ada sejak era Soviet, dalam sebuah langkah yang akan berlangsung pada tahun 2013 tetapi ditunda oleh Rusia atas permintaan Israel.

Dalam beberapa tahun terakhir, Israel telah melakukan sekitar 200 serangan udara di Suriah yang dilanda perang terhadap sasaran-sasaran Iran dan apa yang dikatakan adalah pengiriman senjata lanjutan kepada kelompok militan Syi'ah Libanon Hizbullata.

Syi'ah Iran dan Hizbullata adalah sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam perang sipil tujuh tahun melawan pejuang oposisi Sunni di negara itu. (st/TNA)


latestnews

View Full Version