View Full Version
Rabu, 03 Oct 2018

Polisi Prancis Gerebek Markas Besar Asosiasi Syi'ah di Dunkrik Karena Mendukung Organisasi Teroris

DUNKRIK, PRANCIS (voa-islam.com) - Otoritas Prancis menggerebek markas besar asosiasi Syi'ah dan rumah para pemimpinnya di dekat kota utara Dunkirk pada jam-jam awal Selasa (2/10/2018) pagi.

Menurut pejabat daerah, penggerebegan di Zahra Centre Prancis dan sekitar selusin rumah dilakukan sebagai bagian dari prosedur "pencegahan terorisme". Para pemimpin asosiasi tersebut diduga mendukung organisasi teroris, kata sumber keamanan.

Sebelas orang ditangkap dalam penggerebegan sebelum fajar menurut kantor berita AFP, tiga di antaranya menghadapi dakwaan karena kepemilikan senjata api ilegal. Aset pusat asosiasi Syi'ah itu juga telah dibekukan.

Polisi mengatakan mereka telah memantau secara dekat kegiatan Zahra Center "karena dukungan kuat dari para pemimpinnya untuk beberapa organisasi teroris dan mendukung gerakan yang mendukung ide-ide yang bertentangan dengan nilai-nilai" Prancis.

Pemimpin kelompok itu, Yahia Gouasmi, dikenal karena pandangan anti-Zionis dan hubungannya dengan Iran.

Kota kecil Grande-Synthe, di mana Pusat Zahra bermarkas, adalah magnet bagi para migran yang mencoba menyeberangi Selat ke Inggris dan hasil imbang yang diketahui untuk kegiatan penyelundupan.

Masih tidak jelas apakah penangkapan Selasa itu terkait dengan rencana yang dicurigai di Prancis pada Juni lalu untuk menyerang kelompok oposisi Iran, Dewan Nasional Perlawanan Iran (NCRI).

Polisi di Prancis, Belgia dan Jerman sejauh ini telah menangkap enam orang, termasuk diplomat Iran Assadollah Asadi, setelah rincian tentang dugaan plot terungkap. Juga pada hari Selasa, Perancis mengumumkan telah membekukan aset milik Asadi, serta satu orang lain dan Kementerian Keamanan dan Intelijen Iran.

"Dalam mengambil keputusan ini, Prancis menggarisbawahi tekadnya untuk memerangi terorisme dalam segala bentuknya, terutama di wilayahnya sendiri," kata menteri dalam negeri, luar negeri dan ekonomi Prancis dalam sebuah pernyataan bersama.

Prancis, rumah bagi populasi Muslim terbesar di Eropa, tetap waspada tinggi menyusul gelombang serangan orang-orang yang terinspirasi dengan Islamic State (IS) sejak 2015 yang telah menewaskan hampir 250 orang. (st/dw)


latestnews

View Full Version