View Full Version
Sabtu, 03 Nov 2018

Palestina Kecam Rencana Brazil Pindahkan Kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem

TEPI BARAT, PALESTINA (voa-islam.com) - Seorang pejabat senior Palestina pada hari Jum'at (2/11/20180 mengecam pengumuman Jair Bolsonaro, presiden sayap kanan terpilih dari Brasil, bahwa ia akan memindahkan kedutaan negaranya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.

"Ini adalah langkah-langkah provokatif dan ilegal yang hanya akan mengganggu keamanan dan stabilitas di kawasan itu," kata Hanan Ashrawi, seorang anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, kepada AFP.

Amerika Serikat memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem pada bulan Mei, memicu kemarahan di antara orang-orang Palestina, yang menganggap bagian timur kota yang dikuasai Zionis Israel itu sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

"Sangat disayangkan bahwa Brasil telah bergabung dengan aliansi negatif ini melawan hukum internasional," kata Ashrawi.

Pada hari Kamis Bolsonaro men-tweet bahwa "seperti yang dinyatakan sebelumnya selama kampanye kami, kami bermaksud untuk memindahkan kedutaan Brasil dari Tel Aviv ke Yerusalem."

"Israel adalah negara berdaulat dan kami akan menghormati itu," katanya.

Perdana Menteri Israel Binyamin Netanyahu memuji langkah itu menyebutnya sebagai "bersejarah".

Hanya Amerika Serikat dan Guatemala saat ini memiliki kedutaan besar mereka di Yerusalem, sementara negara-negara lain memilikinya di Tel Aviv.

Israel menduduki Jerusalem Timur Arab dalam Perang Enam Hari 1967 dan kemudian mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional. Negara Zionis Yahudi itu melihat seluruh kota sebagai ibukotanya. Selama beberapa dekade komunitas internasional menyatakan bahwa status kota harus dinegosiasikan antara Israel dan Palestina.

Pada bulan Desember, Presiden Donald Trump membalik kebijakan lama AS dan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, mendorong Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk memboikot pemerintahannya.

Kedutaan AS secara resmi dipindahkan pada 14 Mei, dengan Guatemala dan Paraguay menyusul, meskipun yang terakhir mengumumkan bulan lalu akan mengembalikan kedutaannya ke Tel Aviv.

Bolsonaro, 63, yang memenangkan pemilihan putaran kedua pada hari Ahad, telah membuat marah banyak orang dengan retorika rasisnya yang bersifat misoginis, homofobia dan rasis.

Menyusul kemenangannya, Netanyahu mengatakan kepada Bolsonaro bahwa dia yakin pemilihannya "akan mengarah pada persahabatan besar antara rakyat kita dan pengetatan hubungan antara Brasil dan Israel".

Seorang pejabat di kantor Netanyahu mengatakan kepada AFP bahwa perdana menteri Israel "sangat mungkin" untuk menghadiri upacara pelantikan Bolsonaro pada bulan Januari. (st/TNA)


latestnews

View Full Version