View Full Version
Rabu, 13 Mar 2019

Perundingan Damai di Doha Berakhir, AS dan Taliban Belum Sepakat Kapan Penarikan Pasukan Asing

DOHA, QATAR (voa-islam.com) - Para perunding AS dan Taliban mengakhiri putaran terpanjang perundingan damai mereka pada Selasa (12/3/2019) dengan kemajuan yang dicapai tetapi tidak ada kesepakatan kapan pasukan asing akan ditarik mundur, kata para pejabat dari kedua pihak.

Pembicaraan 16 hari, di mana Amerika Serikat juga mencari jaminan bahwa Taliban tidak akan membiarkan kelompok-kelompok jihadis menggunakan Afghanistan untuk melancarkan serangan, diperkirakan akan dilanjutkan pada akhir Maret.

Negosiasi di Doha, Qatar, termasuk kepala politik Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar dan tim AS yang dipimpin oleh utusan khusus Zalmay Khalilzad.

Khalilzad, diplomat AS kelahiran Afghanistan, mengatakan pihaknya membuat kemajuan dalam diskusi tentang jaminan kontra-terorisme dan penarikan pasukan dari Afghanistan.

"Kondisi untuk perdamaian telah membaik. Jelas semua pihak ingin mengakhiri perang. Meskipun pasang surut, kami menjaga segala sesuatunya di jalur dan membuat langkah nyata," kata Khalilzad di Twitter.

Taliban telah mengadakan beberapa putaran pembicaraan damai dengan tim Amerika yang dipimpin oleh Khalilzad tetapi sejauh ini menolak tawaran untuk membahas masalah tersebut dengan pemerintah Afghanistan.

"Ketika kesepakatan dalam draft tentang jadwal penarikan dan langkah-langkah penanggulangan terorisme yang efektif diselesaikan, Taliban dan warga Afghanistan lainnya, termasuk pemerintah, akan memulai negosiasi intra-Afghanistan mengenai penyelesaian politik dan gencatan senjata yang komprehensif," kata Khalilzad.

BEBERAPA KEMAJUAN

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, pihaknya membuat kemajuan dalam masalah penarikan pasukan asing dan mencegah serangan di masa depan terhadap negara-negara lain dari Afghanistan.

Namun, dalam sebuah pernyataan, ia menekankan bahwa tidak ada kesepakatan yang dicapai mengenai gencatan senjata atau pembicaraan dengan pemerintah Afghanistan.

Seorang juru bicara Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mentweet bahwa ia berharap untuk melihat perjanjian gencatan senjata jangka panjang dan dimulainya pembicaraan langsung antara pemerintah dan Taliban segera.

Pembicaraan diadakan di ruang perjamuan tertutup di hotel bintang lima Ritz-Carlton di tepi pantai selatan Doha.

Khalilzad mengatakan dia akan kembali ke Washington untuk memberi pengarahan kepada pejabat AS dan internasional.

Pembicaraan berakhir pada hari ketika pejuang Taliban meningkatkan tekanan di medan perang, menewaskan 20 tentara Afghanistan dan menangkap 40 lainnya di Afghanistan barat. Di provinsi lain, para pejabat mengatakan serangan udara menewaskan Taliban dan warga sipil.

Sekitar 14.000 tentara AS bermarkas di Afghanistan sebagai bagian dari misi NATO yang dipimpin AS untuk melatih, membantu, dan memberi nasihat kepada pasukan Afghanistan. Beberapa pasukan AS melakukan operasi kontra-jihadis.

Amerika Serikat juga telah mendorong Taliban untuk menyetujui gencatan senjata dan untuk berbicara dengan pemerintah Afghanistan, yang kelompok pejuang Afghanistan itu anggap sebagai rezim boneka AS.

"Para pejabat AS menekan Taliban untuk mengumumkan gencatan senjata, tetapi para pemimpin kami jelas bahwa gencatan senjata hanya dapat diumumkan setelah pengumuman penarikan pasukan asing dilakukan," kata seorang komandan senior Taliban yang mengetahui perundingan.

Sumber Taliban lain dengan syarat anonimitas mengatakan ada frustrasi pada beberapa masalah selama pembicaraan damai dan bahwa seorang anggota senior kelompok pejuang Islam itu mengatakan kepada para pejabat AS pada satu titik bahwa Taliban "bukan pelayan mereka" dan tidak memerlukan persetujuan AS untuk setiap keputusan di masa depan. (st/CNA)


as, taliban, zabiullah mujahid, perundingan damai, zama


latestnews

View Full Version