View Full Version
Selasa, 23 Jul 2019

Pemimpin Partai Islam Ennahda Tunisia akan Maju dalam Pemilu Parlemen

TUNIS (voa-islam.com) - Rached Ghannouchi, pemimpin berpengaruh partai Islamis Tunisia Ennahda (An-Nahdhah), akan maju dalam pemilihan parlemen berikutnya pada bulan Oktober, sebuah langkah yang secara luas dilihat sebagai upaya untuk mencari posisi kepemimpinan di negara itu.

Diasingkan di London selama sekitar dua dekade selama masa mantan presiden Zine El Abidine Ben Ali, Ghannouchi telah menjadi kekuatan utama sejak revolusi Tunisia 2011, tetapi ia tidak pernah mencalonkan diri untuk posisi resmi.

Pria berusia 78 tahun itu tetap menjadi tokoh dominan yang dikritik oleh para kritikus secara efektif mengendalikan negara bersama dengan Presiden Beji Caid Essebsi, 92, yang kerap berpikiran sekuler, sering dijuluki "dua syekh" sehubungan dengan usia mereka.

"Keputusan untuk menghadirkan Ghannouchi di bagian atas daftar pemilihan partai di Tunis 1 [distrik], adalah untuk membuat para pemimpin partai memainkan peran yang lebih penting pada tahap penting ini dalam sejarah transisi demokrasi di Tunisia," kata pejabat partai Ennahda, Imed Khmiri mengatakan kepada kantor berita Reuters.

Pencalonan Ghannouchi untuk kursi parlemen memperkuat harapan bahwa ia berusaha memainkan peran yang lebih besar, mungkin sebagai perdana menteri atau pembicara parlemen, jika partainya memenangkan pemilu.

Pemilihan parlemen diperkirakan akan diadakan pada tanggal 6 Oktober dan pemilihan presiden pada tanggal 17 November. Pemilihan umum itu akan menjadi pemilihan ketiga dimana warga Tunisia dapat memilih secara bebas setelah revolusi 2011.

Pemilihan parlementer diperkirakan akan diperjuangkan oleh partai Ennahda, partai Tahya Tounes sekuler dari Perdana Menteri Youssef Chahed, partai Nidaa Tounes yang dipimpin oleh putra presiden Hafedh Caid Essebsi, dan partai Courant Democrate.

Tunisia telah dipuji sebagai satu-satunya keberhasilan demokratis dari pemberontakan Musim Semi Arab, dengan konstitusi baru, pemilihan umum yang bebas dan pemerintahan koalisi dengan kelompok Islamis sekuler dan moderat di wilayah yang sebaliknya berjuang dengan pergolakan.[fq/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version