View Full Version
Senin, 12 Aug 2019

Israel Usir Pekerja Filipina dengan Putra Kelahiran Israel

TEL AVIV (voa-islam.com) - Seorang pekerja migran Filipina dan putra remajanya yang lahir di Israel sedang dalam proses dideportasi dari Israel pada Ahad malam setelah banding pengadilan berturut-turut gagal, kata sebuah LSM untuk anak-anak migran .

Rosemarie Perez ditangkap oleh petugas imigrasi bersama putranya yang berusia 13 tahun pada hari Selasa pekan lalu karena memperpanjang visa kerjanya.

Pada Ahad malam, keduanya berada di bawah pengawalan di Bandara Internasional Ben Gurion, dekat Tel Aviv, menunggu untuk diterbangkan dengan penerbangan El Al ke Hong Kong, dari sana mereka akan terbang ke Manila, kata Beth Franco dari United Children of Israel (UCI).

"Mereka terbang malam ini," katanya, menambahkan bahwa Rohan belum pernah berada di luar negara Yahudi sebelumnya.

Sebelumnya pada hari Ahad, sebuah pengadilan menolak permohonan Perez terbaru untuk tetap tinggal, kata juru bicara otoritas imigrasi Sabine Haddad kepada kantor berita AFP.

"Dia telah berada di sini secara ilegal selama 10 tahun," kata Haddad.

UCI berpendapat bahwa mengirim Rohan - dan anak-anak migran lainnya ke negara yang belum pernah mereka saksikan dan di mana mereka tidak berbicara bahasanya adalah sesuatu yang kejam.

Pekan lalu, para migran, anak-anak mereka dan warga Israel asli melakukan protes di Tel Aviv terhadap kebijakan mendeportasi anak-anak migran kelahiran Israel.

"Rohan belum pernah ke Filipina, dia tidak berbicara bahasa itu, bahasa Ibrani adalah bahasa pertamanya", kata Franco, menambahkan bahwa mimpi Rohan bisa bertugas di tentara Israel.

"Dia melihat negara ini sebagai miliknya," katanya.

Haddad tidak dapat segera mengkonfirmasi bahwa ibu dan anak itu sedang dalam perjalanan keluar dari negara itu.

Dia mengatakan bahwa ayah Rohan adalah warga negara Turki yang meninggalkan Israel beberapa tahun yang lalu.

Banyak dari 28.000 orang Filipina - sebagian besar beragama Kristen - di Israel tiba untuk bekerja sebagai pengasuh dan pekerja rumah tangga, tetapi menurut UCI, sekitar 600 keluarga sekarang dapat menghadapi pengusiran setelah kehilangan status tempat tinggal mereka.

Sejauh tahun ini, 36 pengasuh dengan anak-anak kelahiran Israel telah menandatangani pemberitahuan deportasi yang menjanjikan untuk pulang antara 15 Juli dan 1 Agustus, termasuk 25 warga Filipina, dua Nepal, satu India, dan satu Moldova.

Israel memiliki kekhawatiran jangka panjang tentang mempertahankan mayoritas Yahudi di negara yang didirikan sebagai tanah air nasional bagi orang-orang Yahudi pasca Holocaust.[afp/fq/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version