View Full Version
Kamis, 14 May 2020

Ulama Saudi yang Dipenjara Salman Al-Audah Berbicara Dengan Keluarganya Dari Dalam Penjara

RIYADH, ARAB SAUDI (voa-islam.com) - Sebuah rekaman pembicaraan ulama Saudi terkemuka Syaikh Salman Al-Audah telah terdengar dari dalam penjara Saudi untuk pertama kalinya sejak penangkapannya.

Ulama yang ditahan itu berbicara di telepon dengan ibu dan putrinya Ghada, sebuah video yang dibagikan oleh akun Twitter Nurani Tahanan.

"Aku baik-baik saja, segala puji bagi Allah," kata Syaikh Al-Audah ke keluarganya melalui telepon.

Keaslian panggilan tersebut dikonfirmasi ke layanan bahasa Arab The New Arab oleh anggota keluarga dekat.

Ini adalah rekaman pertama dari Syaikh reformis itu sejak September 2017, ketika ia dan 20 lainnya, termasuk penulis dan jurnalis, ditangkap sebagai bagian dari tindakan keras terhadap perbedaan pendapat di kerajaan ultra-konservatif tersebut.

Baik keluarga Syaikh Al-Audah dan media Saudi sebelumnya mengatakan ulama yang dipenjara itu terancam hukuman mati, tetapi lembar dakwaan belum diumumkan kepada publik.

Menurut putra Audah yang berbasis di AS, Abdullah Al-Audah, ulama itu telah menjadi sasaran "perlakuan internasional yang diklasifikasikan sebagai penyiksaan", termasuk kurang tidur, kurangnya perawatan kesehatan dan interogasi yang sulit.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan pengadilan itu adalah pembalasan politik terhadap Syaikh Al-Audah, tokoh terkemuka dalam gerakan Islam 1990-an yang terkait dengan Ikhwanul Muslimin.

Dia telah menulis ratusan artikel tentang hukum Islam dan pada saat yang sama merangkul modernitas dan demokrasi.

Kasus Syaikh Al-Audah menarik perhatian internasional pada 2018 ketika Penuntutan Publik Arab Saudi mengajukan 37 dakwaan terhadapnya, termasuk "tidak cukup berdoa kepada penguasa" dan menerima pesan teks yang "menggerakkan perselisihan di wilayah itu".  

Menurut Amnesty, Syaikh Al-Audah ditangkap beberapa jam setelah memposting tweet yang menyerukan "harmoni antara orang-orang" yang ditafsirkan oleh otoritas Saudi sebagai seruan untuk rekonsiliasi antara Arab Saudi dan Qatar.

Riyadh dan beberapa sekutu memutus semua hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Doha pada Juni 2017, menuduhnya terkait dengan para ekstrimis Islam, sebuah tuduhan yang secara tegas ditolak oleh Qatar.

Keluarga ulama itu mengatakan pemerintah Saudi menuntut agar Syaikh Al-Audah dan tokoh-tokoh penting lainnya secara terbuka mendukung kerajaan dalam perselisihan itu, tetapi dia menolak. (TNA) 


latestnews

View Full Version