View Full Version
Kamis, 14 May 2020

Komisi Eropa Tangguhkan Pengiriman 10 Juta Masker Asal Cina Karena Kualitas Barang yang Buruk

BRUSSEL, BELGIA (voa-islam.com) - Komisi Eropa mengatakan hari Kamis (14/5/2020) bahwa mereka telah menangguhkan pengiriman 10 juta masker Cina ke negara-negara anggota dan Inggris setelah dua negara mengeluhkan kualitas buruk dari barang-barang yang mereka terima.

Sebagai bagian dari upayanya untuk mengatasi krisis COVID-19, bulan ini badan eksekutif UE mulai mengirimkan masker kepada pekerja perawatan kesehatan.

Setelah gelombang pertama dari 1,5 juta masker dikirim ke 17 dari 27 negara anggota dan Inggris, menteri kesehatan Polandia Lukasz Szumowski mengatakan 600.000 item yang diterima otoritas Polandia tidak memiliki sertifikat Eropa dan gagal memenuhi standar medis yang diperlukan untuk distribusi mereka.

"Kami telah memutuskan untuk menunda pengiriman masker ini di masa depan," kata juru bicara komisi kesehatan Stefan De Keersmaecker. "Kami kemudian akan melihat tindakan apa yang perlu diambil jika memang ada masalah kualitas dengan masker ini."

Menurut De Keersmaecker, negara anggota lain, Belanda, telah mengidentifikasi masalah serupa.

Seluruh stok masker dibeli dari penyedia Cina melalui dana Uni Eropa. Itu ditetapkan untuk didistribusikan dalam angsuran pekan selama enam minggu. De Keersmaecker bersikeras bahwa Komisi dengan cermat mengikuti semua langkah kontrol ketika membeli masker dan memverifikasi bahwa itu dapat digunakan.

"Jika perlu kita tentu saja akan mengambil tindakan hukum yang diperlukan," kata De Keersmaecker.

Dia menambahkan bahwa Komisioner untuk Kesehatan dan Keamanan Pangan, Stella Kyriakides, telah mengingatkan semua negara yang telah menerima masker tentang masalah potensial dan meminta mereka untuk memberikan umpan balik mengenai kualitas mereka.

"Sangat penting bahwa peralatan pelindung pribadi yang dikirim oleh Komisi berkualitas sangat tinggi," kata De Keersmaecker. "Itu mendasar karena peralatan itu digunakan oleh warga dan profesional di sektor kesehatan." (TDS)


latestnews

View Full Version