View Full Version
Jum'at, 09 Oct 2020

Erdogan: Turki Tidak Berniat Untuk Tinggal di Suriah Selamanya

ANKARA, TURKI (voa-islam.com) - Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan Turki tidak berniat untuk tinggal di Suriah selamanya, surat kabar Qatar the Peninsula melaporkan Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Kamis (8/10/2020).

Erdogan mengatakan bahwa Turki adalah negara yang paling terpengaruh oleh perang di Suriah, dan dipaksa untuk turun tangan dalam perang ini karena risiko keamanan di perbatasannya.

Dia menambahkan bahwa pasukan Turki akan mundur dari Suriah begitu solusi berkelanjutan untuk perang ditemukan. Dia memperingatkan bahwa operasi militer di sepanjang perbatasan Suriah akan terus berlanjut jika janji untuk membersihkan kelompok teror tidak dipenuhi.

Erdogan juga merujuk pada tiga intervensi militer negaranya di Suriah selama beberapa tahun terakhir, termasuk 'Operasi Perisai Efrat' pada 2016, 'Operasi Cabang Zaitun' pada 2018, dan 'Operasi Musim Semi Perdamaian' pada 2019.

Ankara mengatakan intervensi tersebut dilakukan dengan tujuan membersihkan wilayah perbatasan Turki-Suriah dari kelompok Komunis Kurdi yang dikatakan terkait dengan kelompok teroris Partai Pekerja Kurdistan (PKK).

Menyusul operasi militer terakhir Turki, yang bertujuan untuk membangun zona aman 30 kilometer jauh di dalam timur laut Suriah untuk menampung pengungsi Suriah yang terlantar, Ankara mencapai kesepakatan dengan Rusia untuk memindahkan beberapa pasukan Kurdi dari beberapa daerah. Sebagai gantinya, Turki setuju untuk mengakhiri operasinya dan melakukan patroli militer bersama dengan Moskow.

Hampir setahun setelah kesepakatan itu dicapai, bagaimanapun, kelompok pemberontak Komunis Kurdi dilaporkan masih belum sepenuhnya dipindahkan dari wilayah yang disepakati, dan status zona aman yang direncanakan masih belum dijelaskan.

Dalam wawancaranya, Erdogan mengatakan bahwa Turki tidak akan menerima tindakan apa pun yang mengarah pada krisis kemanusiaan lebih lanjut di provinsi Idlib, Suriah barat laut, yang tetap menjadi benteng utama terakhir oposisi Suriah. Daerah itu telah menjadi sasaran kampanye pemboman oleh rezim Assad dan Rusia sejak tahun lalu. (MeMo)


latestnews

View Full Version