View Full Version
Jum'at, 17 Sep 2021

Bisnis Pasar Gelap Untuk Visa Asing Meroket Di Afghanistan Menyusul Masih Tutupnya Berbagai Kedutaan

KABUL, AFGHANISTAN (voa-islam.com) - Jumlah warga Afghanistan yang membeli visa di pasar gelap dengan harga tinggi meningkat, karena berbagai kedutaan besar di Kabul tetap tutup, TV Afghanistan melaporkan Kamis (16/9/2021).

Karena sebagian besar kedutaan ditutup setelah pemerintah di Kabul runtuh, hanya visa Pakistan yang sekarang dapat diperoleh secara legal di Afghanistan. Orang-orang membeli visa dari sejumlah negara lain di pasar gelap dengan harga dua atau tiga kali lipat biaya visa di bawah pemerintahan sebelumnya, kata direktur agen perjalanan di Kabul, Shafi Samim, seperti dikutip TOLOnews.

“Harga sebenarnya untuk visa Tajikistan adalah $60, tetapi di pasar gelap, sekitar $350 hingga $400. Harga sebenarnya untuk visa Turki adalah $120, tetapi di pasar gelap, harganya hingga $5.000. Ada rahasia yang kami tidak tahu, hanya dealer langsung yang tahu cara mendapatkannya”, kata Samim.

Bahkan pemegang visa Pakistan sekarang dipaksa untuk membeli "pas" di pasar gelap untuk menyeberangi gerbang Torkham di perbatasan dengan Pakistan, seorang penduduk Kabul, Mohmmad Haroon, mengatakan kepada saluran TV.

"Orang-orang telah menunggu di sini selama satu dan dua bulan. Mereka memiliki visa tetapi tidak bisa lewat di gerbang Torkham. Mereka (penjual) telah menciptakan pasar gelap dan menjual tiket gerbang seharga $200 hingga $300", kata Haroon.

Sejumlah pejabat biro perjalanan dan warga Afghanistan meminta kedutaan besar negara-negara asing dibuka kembali untuk "membongkar pasar gelap," menurut saluran televisi itu.

Taliban mengatakan sebelumnya bahwa orang-orang akan diizinkan meninggalkan Afghanistan begitu bandara Kabul dibuka kembali dan kabinet menteri diresmikan, menurut juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.

Pada 9 September, penerbangan penumpang komersial pertama sejak evakuasi militer AS dilakukan oleh maskapai nasional Qatar, Qatar Airways, yang mengantarkan 114 warga dari lima negara ke Doha. (Sptnk)


latestnews

View Full Version