View Full Version
Ahad, 26 Sep 2021

Turki Pertimbangkan Beli Rudal S-400 Rusia Kedua Meski Keberatan AS

ANKARA, TURKI (voa-islam.com) - Presiden Turki mengatakan dia akan mempertimbangkan untuk membeli sistem rudal Rusia kedua meski ada keberatan keras dari Amerika Serikat atas pembelian sistem pertahanan udara canggih tersebut sebelumnya.

Dalam sebuah wawancara dengan kantor penyiaran Amerika CBS News, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan Turki harus memutuskan sistem pertahanannya sendiri.

Berbicara kepada koresponden Margaret Brennan di New York pekan lalu, Erdogan menjelaskan bahwa Turki tidak diberi pilihan untuk membeli rudal Patriot buatan Amerika dan AS tidak mengirimkan jet siluman F-35 meskipun ada pembayaran sebesar $1,4 miliar. Komentar Erdogan muncul dalam kutipan yang dirilis sebelum wawancara lengkap yang disiarkan Ahad (26/9/2021).

Turki, yang merupakan anggota NATO, dikeluarkan dari program F-35 dan pejabat pertahanannya diberi sanksi setelah membeli sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia. AS sangat keberatan dengan penggunaan sistem Rusia di dalam NATO dan mengatakan itu menimbulkan ancaman bagi F-35. Turki bersikeras S-400 dapat digunakan secara independen tanpa diintegrasikan ke dalam sistem NATO dan karena itu tidak menimbulkan risiko.

AS juga memberikan sanksi kepada Turki pada tahun 2020 karena pembeliannya di bawah undang-undang tahun 2017 yang bertujuan untuk mendorong kembali pengaruh Rusia. Langkah itu adalah pertama kalinya hukum, yang dikenal sebagai CAATSA, digunakan untuk menghukum sekutu AS.

Tapi Erdogan tetap menantang. “Tentu saja, tentu saja, ya,” kata Erdogan setelah menyatakan Turki akan membuat pilihan pertahanannya sendiri, sebagai tanggapan atas pertanyaan Brennan tentang apakah Turki akan membeli lebih banyak rudal S-400.

Masalah ini adalah salah satu dari beberapa poin yang mencuat dalam hubungan Turki-Amerika yang juga mencakup dukungan AS untuk milisi Komunis Kurdi Suriah yang dianggap oleh Turki sebagai teroris, dan kelanjutan tinggal cendekiawan asal Turki di AS, Fetullah Gulen, yang dituduh merencanakan upaya kudeta yang gagal terhadap pemerintah Erdogan pada tahun 2016.

Erdogan dijadwalkan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 29 September. (TNA)


latestnews

View Full Version