View Full Version
Kamis, 30 Sep 2021

Kelompok Jihadis Nyatakan Bertanggung Jawab Atas Pembunuhan 6 Agen Intelijen Sudan

KHARTOUM, SUDAN (voa-islam.com) - Sebuah kelompok jihad yang kurang dikenal pada hari Rabu (29/9/2021) mengatakan telah membunuh enam petugas intelijen Sudan dalam baku tembak di Khartoum yang oleh pihak berwenang dikaitkan dengan kelompok ISIS.

Baku tembak mematikan meletus pada Selasa malam ketika dinas intelijen Sudan menggerebek tempat persembunyian ISIS di ibu kota, katanya dalam sebuah pernyataan.

Badan itu mengatakan lima perwiranya tewas dan lima terluka dalam operasi itu, yang menyebabkan penangkapan 11 gerilyawan. Empat pria bersenjata lainnya melarikan diri.

Ini adalah pertama kalinya pihak berwenang Sudan mengumumkan penangkapan anggota ISIS di negara itu.

Namun, pada hari Rabu, sebuah kelompok jihad yang menamakan dirinya Gerakan untuk Dakwah dan Jihad mengatakan mereka yang telah membunuh para petugas tersebut.

"Mujahidin dari Gerakan Dakwah dan Jihad berhasil membunuh enam orang kafir dari pasukan penyerang termasuk tiga perwira senior dan dua tentara," katanya dalam sebuah pernyataan yang diposting di Facebook.

Dalam pernyataan itu, kelompok itu mengaku bertanggung jawab atas upaya pembunuhan yang gagal terhadap Perdana Menteri Abdalla Hamdok pada Maret 2020. Pihak berwenang belum mengidentifikasi pelaku atas serangan yang digagalkan itu.

Kelompok itu juga membantah memiliki hubungan dengan ISIS dan bahwa "trik media murahan" oleh otoritas Sudan tidak akan menghentikannya melakukan serangan di masa depan.

AFP tidak dapat memverifikasi keaslian klaimnya.

Hamdok, yang menjadi perdana menteri setelah gerakan pro-demokrasi menggulingkan otokrat lama Omar al-Bashir pada April 2019, telah memimpin pemerintahan transisi yang memerangi masalah politik, ekonomi, dan keamanan yang diwarisi dari rezim sebelumnya.

Setelah Bashir berkuasa dalam kudeta militer pada tahun 1989, Sudan menjadi paria internasional karena dukungannya terhadap kelompok-kelompok jihadis termasuk menjamu Usama bin Ladin dan Al-Qaidah antara tahun 1992 hingga 1996.

Amerika Serikat menghapus Sudan dari daftar hitam negara sponsor terorisme pada Desember 2020, mengantarkan bantuan yang sangat dibutuhkan dan investasi keuangan setelah beberapa dekade sanksi ekonomi yang keras.

Sebuah laporan Departemen Luar Negeri AS tahun 2019 memperingatkan "meskipun tidak ada serangan teroris tingkat tinggi, jaringan fasilitasi ISIS tampaknya aktif di Sudan". (TNA)


latestnews

View Full Version