View Full Version
Kamis, 30 Jan 2014

Jenderal Israel: Al-Qaidah Bangun Basis di Turki

TEL AVIV, ISRAEL (voa-islam.com) - Beberapa mujahidin Al-Qaidah yang bertempur di Suriah telah mendirikan basis-basis di Turki, di mana mereka juga dapat dengan mudah mengakses Eropa, kepala intelijen militer Israel mengatakan Rabu (29/1/2014).

Para pejuang Al-Qaidah dari seluruh dunia masuk ke Suriah setiap pekan, tetapi mereka "tidak tinggal di sana," Mayor Jenderal Aviv Kochavi mengatakan dalam konferensi keamanan, ketika mempresentasikan peta Timur Tengah, yang ditandai dengan daerah-daerah kehadiran Al-Qaidah. Peta itu menunjukkan tiga tanda basis Al-Qaidah di Turki.

Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan berulang kali membantah negaranya sedang menyediakan tempat penampungan untuk mendukung kelompok-kelompok yang terkait dengan Al-Qaidah di Suriah.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki segera tidak berkomentar mengenai topik tersebut, Reuters melaporkan.

Tidak ada jumlah tertentu

Sementara jenderal Israel tidak memberikan angka spesifik, juru bicaranya mengatakan peta yang disajikan menunjukkan kekuatan dan lokasi basis-basis Al-Qaidah, yang tampaknya berada di provinsi Turki Karaman, Osmaniye dan Sanliurfa.

"Suriah memproyeksikan konfliknya untuk seluruh wilayah. Bercak mereka [di peta] di Turki tidak ada kesalahan oleh seniman grafis dan itu adalah cara singkat dari sana ke Eropa," kata Kochavi pada konferensi yang diselenggarakan oleh Institut Studi Keamanan Nasional di Tel Aviv.

Sepanjang konflik Suriah, Turki menyediakan sebuah jalur kehidupan untuk daerah yang dikuasai oleh pejuang  oposisi, melalui mengizinkan bantuan kemanusiaan, membantu pengungsi keluar dari Suriah, dan membiarkan pejuang oposisi sekuler Tentara Pembebasan Suriah melaksanakan operasi organisasi di Turki.

Namun demikian, munculnya kelompok mujahidin terkait Al-Qaidah seperti Jabhat Al-Nusrah dan Negara Islam Irak dan Suriah Raya (ISIS) di beberapa bagian Suriah utara dekat perbatasan Turki telah menyebabkan Ankara terbuka terhadap tuduhan mendukung kelompok Islam "radikal". (st/Reuters)


latestnews

View Full Version