View Full Version
Selasa, 04 Mar 2014

Mungkinkah Terjadi Perang Terbuka Antara Rusia-Uni Eropa?

MOSKOW (voa-islam.com) - Rusia mengeluarkan ultimatum kepada Ukraina mengancam kemungkinan menghadapi serangan militer habis-habisan. Moskow menuntut dan mengultimatum, agar pemimpin Ukraina menyerahkan diri.

Sementara itu, Presiden AS Barack Obama mengatakan, setiap tindakan militer terhadap Ukraina akan menjadi “eskalasi berbahaya”, kata seorang pejabat AS mengatakan, Senin, 3/3/2014.

“Jika benar  ultimatum itu akan menjadi situasi eskalasi berbahaya, dan Rusia harus bertanggung jawab langsung atas terjadinya  eskalasi”, ujar pejabat Deparlu AS, Jen Pskai kepada AFP,

Panglima Armada Rusia di Laut Hitam membantah bahwa ia memberi ultimatum kepada pasukan Ukraina di Krimea,  segera  menyerah pada pukul 05:00,atau menghadapi serangan, Selasa.

Berita tentang adanya  ‘ultimatum’ itu muncul setelah kantor berita Rusia Interfax mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya di Kementerian Pertahanan Ukraina sebelumnya, mengatakan Rusia memberi tenggat waktu kepada pemimpin Ukraina menyerah pada 0300 GMT , seperti yang ditetapkan oleh komandan Armada Laut Hitam, Senin, 3/3/2014.

Parlemen Rusia

Presiden Vladimir Putin memenangkan persetujuan legislatif mengirim pasukan Rusia ke Ukraina, meskipun Parlemen Rusia mengatakan, tidak perlu melancarkan aksi militer Ukraina, karena akan mengibatkan kekacauan seluruh daratan Eropa.

“Keputusan oleh Federasi Dewan (Majelis Tinggi) hanya memberikan hak, dan hak ini dapat digunakan dalam kasus di Krimea yang tengah konlfik. Namun, sekarang  tidak perlu , kata Sergei  Narsyhkin, sebagai Ketua Parlemen Rusia “Duma” kepada telivisi pemerintah.

Sementara itu, pasukan  Rusia mengambil alih atas kontrol sebuah pelabuhan strategis Krimea-Ukraina dengan menguasai pelabuhan di kota Kerch, 20 kilometer dari pelabuhan armada laut Rusia, ungkap Associated Press.

Namapaknya, Moskow akan mengirimkan lebih banyak pasukan ke Krimea yang menjadi pusat armada angkatan laut Rusia di Laut Hitam. Namun, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menolak tuduhan  bahwa Moskow menyerbu semenanjung Krimea, tetapi  dia membenarkan penggunaan pasukan  Rusia di bekas soviet, sebagai perlindungan bagi warga negaranya yang tinggal di kawasan itu.

Lavrov menambahkan , “Kita  di sini berbicara  tentang perlindungan warga dan rekan-rekan kami , tentang perlindungan paling mendasar dari hak asasi manusia - hak untuk hidup, dan tidak lebih dari itu”, ujar Lavrov, Senin.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengatakan dia akan mengadakan pembicaraan di Madrid  dengan Lavrov, dan pertemuan darurat itu akan membahas tentang krisis Ukraina.

Sementara itu, “KTT darurat para residen dan perdana menteri  Uni Eropa itu, menyerukan membantu mengakhiri  situasi krisis di Ukraina”, kata Presiden Uni Eropa Herman Van Rompuy menulis di akun Twitter.

Pertemuan darurat itu akan digelar setelah para menteri luar negeri Uni Eropa memperingatkan Rusia bahwa hubungan bisa hancur, jika tidak mengubah rencana invasi militernya ke Krimea.  Ashton mengatakan setelah memimpin pembicaraan krisis Ukraina bersama28 menteri luar negeri Uni Eropa, dan dia akan melakukan perjalanan ke Kiev pada hari Rabu, 5/3/2014.

Hubungan Barat dan Rusia diujung tanduk, dan sewaktu-waktu akan berubah menjadi perang terbuka, dan ini akan membawa bencana bagi Uni Eropa.

Langkah Rusia telah menimbulkan kekawatiran, karena tindakan apapun dalam bentuk militer akan berubah menjadi eskalasi yang sangat luas, serta mendorong perang terbuka antara Barat dengan Rusia. (afgh/wb/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version