View Full Version
Jum'at, 24 Jan 2014

Menyesali Do'a Buruk, Adakah Kafaratnya?

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Ada seorang wanita yang emosi terhadap suaminya. Tiba-tiba keluar dari lisannya doa agar dirinya dan suaminya tidak diberi keturunan. Selang beberapa waktu, saat emosi sudah mereda, muncul penyesalan.

Wanita tadi mengaku, dirinya sangat-sangat memikirkan kalimat doa yang pernah diucapkannya itu. Terlebih setelah biduk keluarganya berjalan beberapa tahun, Allah belum juga menganugerahkan keturunan.

Wanita tadi mengaku, dirinya pernah hamil dua kali, namun mengalami keguguran. Setelah itu belum tampak tanda-tanda kehamilan.

Larangan Terburu-buru Berdoa Buruk

Sebenarnya, Allah dan Rasul-Nya telah melarang seseorang terburu-buru dalam mendoakan keburukan atas dirinya, anaknya, atau orang yang ada di sekitarnya. Sebaliknya, keduanya menganjurkan untuk bersabar saat jengkel, menjaga lisan dan tetap mendoakan kebaikan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala mencela sifat terburu-buru dalam mendoakan keburukan,

وَيَدْعُ الْإِنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الْإِنْسَانُ عَجُولًا

Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS. Al-Isra’: 11)

Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengutip perkataan Ibnu Abbas dan lainnya tentang tafsir ayat ini, “ini adalah seseorang berdoa atas dirinya dan anaknya saat jengkel dengan suatu doa yang ia sendiri tak suka kalau itu dikabulkan: Ya Allah, binasakan ia, dan semisalnya. Maksud seperti doa-nya untuk kebaikan: seperti doanya kepada Tuhan-nya agar diberi kesejahteraan. Jika Allah kabulkan doa keburukan atas dirinya itu pasti ia binasa. Tetapi dengan karunia-Nya, Allah tidak kabulkan doa buruknya tersebut.”

Imam Mujahid berkata dalam menafsirkan firman Allah yang artinya, “Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka,” (QS. Yunus: 11): yakni perkataan seseorang terhadap anak dan hartanya saat ia marah: Ya Allah, janganlah Engkau berkahi ia dan laknatlah ia.” Jika Allah menyegerakan permintaan mereka maka Allah akan hancurkan dan matikan apa yang ia do’akan.

Syaikh Sa’di berkata: ini disebabkan kejahilan seseorang dan sikap tergesa-gesanya, ia mendoakan dirinya, anak dan hartanya dengan keburukan saat marah. Ia terburu-buru mengucapkan doa buruk itu sebagaimana ia bersegera dalam berdoa yang baik. Tetapi, Allah dengan kemurahan-Nya mengabulkan kebaikan untuknya dan tidak memeperkenankan doa buruk untuknya.

Diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda:

لَا تَدْعُوَا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، وَلَا تَدْعُوَا عَلَى أَوْلَادِكُمْ ، وَلَا تَدْعُوَا عَلَى أَمْوَالِكُمْ ، لَا تُوَافِقُوا مَنَ اللَّه سَاعَةً يُسْأَل فِيهَا عَطَاء فَيَسْتَجِيبَ لَكُمْ

Janganlah kalian mendoakan keburukan atasa diri kalian, jangan pula atas anak-anak kalian, dan jangan pula atas harta kalian. Jangan sampai dia kalian bertepatan dengan waktu dikabulkannya doa sehingga Allah mengabulkan doa kalian.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Jika Terlanjur, Adakah Kafaratnya?

Tidak ada kafarat khusus atas doa buruk saat marah atau jengkel, selain penawar atas kesalahan secara umum, yakni taubat dan istighfar (mohon ampun). Maka bagi siapa yang terlanjur mendoakan keburukan atas dirinya keluarganya, anak-anaknya, hartanya atau yang lainnya hendaknya memperbanyak istighfar dan taubat. Kemudian ia tingkatkan ketaatannya dan mengiringnya dengan doa-doa kebaikan. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version