View Full Version
Sabtu, 23 Dec 2017

Perayaan Hari AIDS yang Sumbang, Dikala LGBT Bebas Melenggang

Oleh:

Dewi Kaelani

Ibu Rumah Tangga di Mojokerto, Jawa Timur



BELUM genap sebulan perayaan hari AIDS yang jatuh awal bulan Desember kemarin. Negeri ini telah dikejutkan dengan keputusan Mahkamah Konstitusi yang menolak permohonan memperluas pasal perzinahan di KUHP. Putusan MK ini dihasilkan melalui “dissenting opinion“ dengan komposisi 5:4. Sebagaimana dilaporkan wartawan BBC, Tito Sianipar.

Dengan kata lain, pelaku LGBT dan kumpul kebo tidak dianggap sebagai pelaku kriminal. Selama aktifitas yang mereka lakukan atas dasar suka sama suka tersebut tidak menyebabkan jatuhnya korban. Sontak para pengemban aktifitas seksual yang menyimpang ini bersorak sorai kegirangan merayakan pesta kemenangan.

Mungkin para petinggi hukum tersebut tidak merasa bersalah karena telah memutuskan sebuah perkara yang diukur berdasarkan besaran angka. Karena hal yang demikian itu dibolehkan dalam sistem yang berlaku di negeri ini. Namun mereka telah lupa dan mengabaikan untuk berpihak pada moral kebenaran dan keadilan.

Bukankan LGBT ini sangat berbahaya? Karena aktifitas para pelakunya tak hanya menjadi penyebab merebaknya penyakit AIDS, pun juga merupakan sebuah aktifitas yang mampu menghancurkan generasi. Karena sangat jelas bahwa aktifitas seksual mereka yang menyimpang tersebut tidak akan bisa menghasilkan keturunan.

Bahkan yang terpenting, sebagai umat Islam yang mempunyai kewajiban untuk senantiasa menyandarkan segala pemikiran dan tindakan kita kepada Kebenaran firman Allah SWT, maka tindakan yang demikian tentu akan melukai dan menciderai fitrah kita sebagai manusia yang harus tunduk dan patuh pada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah Taala di dalam Al-Qur'an surah Al a’raf : 80 - 81 yang berbunyi :

“Dan ( kami juga telah mengutus ) Lut, ketika dia berkata kepada kaumnya. Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorangpun sebelum kamu ( didunia ini). Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwat mu kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan, kamu benar-benar kaum yang melampaui batas.”

Lalu peradaban secemerlang apa yang dapat kita harapkan dari generasi muda yang hari ini untuk memahami jenis kelaminnya sendiri saja tak mampu?

Bisakah kita berharap mereka berhasil memimpin dan merawat negeri ini? Sementara kelak kesemua kita semakin rapuh dan menua.*


latestnews

View Full Version