View Full Version
Selasa, 26 Dec 2017

Tuluskah Kita Mencintai Nabi Muhammad SAW?

Oleh: Yeni M

Memasuki bulan rabiul awal seperti saat ini sebagian umat islam biasa merayakan peringan maulid Nabi Muhammad SAW dengan segala ekspresi kegembiraan rasa syukur. Tentu itu dilakukan karena dorongan rasa cinta umat ini kepada beliau. Namun dengan demikan sepantasnya setiap muslim merenungkan satu pertanyaan saja : Tuluskah kita mencintai Nabi SAW?

Terkait pertanyaan diatas sebuah riwayat dalam ktab shahih al-bukhari menyebutkan kira-kira demikian: Tsuwabah budaknya abu lahab menyampaikan kabar tentang kelahiran bayi mungil bernama muhammad keponakan barunya, abu lahab sangat besuka cita seraya meneriakan kata-kata pujian sepanjang jalan.

Sebagai bentuk kegembiraannya  ia segera mengundang para tetangga kerabat dekatnya untuk merayakan kelahiran keponakannya sampai-sampai ia memerdekakan tsuwabah budaknya. Sayang siapapun tahu kelak abu lahab yang notabene pamannya Nabi Muhammad SAW justru tampil sebagai salah satu musuh utama beliau, mengingkari risalah kenabiannya, menentang al quran yang beliau bawa. karena itu dalam al quran yakni surah al lahab.

Namun demikian karena ekspresi kegembiraannya menyambut kelahiran muhammad, abu lahab mendapatkan keringanan siksaan yakni pada setiap hari senin. Imam al hafizh as syuthi berkata dalam al hawy (1/16-197) saya melihat imamul qurra al hafizh syamsuddin ibnu zauzi berkata dalam kitab beliau yang berjudul urf at ta’rif bi al walid asy syarif dengan teks sebagai berikut : telah diperlihatkan abu lahab setelah meninggalnya didalam mimpi dikatakan kepada dia bagaimana keadaan mu?

Dia menjawab “aku di dalam neraka hanya saja di ringankan atas diriku siksaan setiap malam senin, hal in karena aku memerdekakan tsuwaibah ketika dia menyampaikan kabar gembira kepadaku tentang kelahiran muhammad dan karena dia telah menyusuinya.

As syuthi berkata jika abu lahab yang kafir ini yang telah di cela dalam al quran, di ringankan siksanya dengan sebab kegembiraan karena kelahiran nabi muhammad, maka bagaimana lagi keadaan seorang muslim dari kalangan umat beliau yang bertauhid menyerahkan seluruh kemampuannya dalam mencintai beliau.

Tentu menarik jika riwayat  ini dikaitkan dengan realitas umat islam hari ini banyak dari umat ini yang begitu antusias dengan perayaan kelahiran nabi muhammad SAW, namun di saat yang sama sebagian dari mereka khususnya para penguasa  sering tak berbeda sikap dengan abu lahab: mengabaikan al quran yang di buat oleh allah swt dan mencampakan syariatnya dan menolak hukum-hukumnya dengan berbagai alasan. Padahal bukankah demi al quran syariah dan hukum-hukumnya nabi muhammad di lahirkan dan diutus? Jika demikian sekali lagi kita layak bertanya kepada diri sendiri, Tuluskah kita mencintai Nabi muhammad Saw?

Di sisi lain kita murka ketika al quran yang di bawa muhammad di nistakan,namun apakah kita juga berduka dan murka saat alquran dicampakan sekian lamanya, saat syariatnya sekian lama tidak di perdulikan, saat hukum-hukumnya sekian lama tak di terapkan? Padahal demi itu semua rosulullah rela mengorbankan harta,keluarga bahkan jiwanya.

Semoga kita tidak seperti Abu Lahab yang hanya bersuka cita atas kelahiran Nabi Muhammad saw saja tetapi saat yang sama mengabaikan alquran, menolak syariat, dan enggan di atur dengan hukum-hukum nya. Mari kita pelajari dan pahami ajaran islam dengan benar agar kita bisa memahaminya dengan jelas kekaffahan ajaran islam yang di bawa oleh nabi muhammad SAW. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version