View Full Version
Kamis, 28 Dec 2017

Al-Quran dan As-Sunnah sebagai Pedoman Hidup

Sahabat VOA-Islam...

Sudah sejauh mana kita telah menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup? Sejauh mana kita telah menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai rujukan dan tolak ukur? Sejauh mana hukum-hukum Al-Quran dan As-Sunnah telah kita terapkan dalam semua aspek kehidupan kita?

Kalau dirasa pertanyaan diatas belum dapat dijawab, bagaimana dengan sejauh mana kepedulian kita terhadap Al-Quran dan As-Sunnah saat keduanya sering tidak dijadikan rujukan?

Sejatinya, setiap manusia harus memiliki pedoman hidup dalam menjalani kehidupannya. Tanpa pedoman hidup, maka akan mustahil baginya untuk sampai pada tujuan hidupnya. Tanpa pedoman hidup Ia akan terombang-ambing dan bahkan terbawa ombak seperti buih-buih di lautan.

Maka sesungguhnya, kaum Muslim seharusnya berbahagia, karena telah diberikan pegangan dan pedoman hidup oleh Sang Pencipta—Allah SWT—yang menciptakan umat manusia, kehidupan dan alam semesta. Allah SWT mewajibkan kaum Muslim untuk menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pedoman dan pegangan hidup mereka. Siapapun yang berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah tidak akan tersesat. Ibnu Abbas ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw., saat berkhutbah pada Haji Wada’, antara lain bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّى قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ فَلَنْ تَضِلُّوا أَبَدًا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

Wahai manusia, sungguh telah aku tinggalkan di tengah-tengah kalian suatu perkara yang jika kalian pegang teguh niscaya kalian tidak akan tersesat selamanya: Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya (HR al-Hakim, al-Baihaqi dan Malik).

Allah SWT berfirman,

وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ

Apapun yang kalian perselisihkan, putusannya (kembali) kepada Allah (TQS asy-Syura [42]: 10).

Imam ath-Thabari dalam Jâmi’ al-Bayan fî Ta’wîl al-Qur’ân menafsirkan ayat di atas, “Apa saja yang kalian perselisihkan, wahai manusia, hingga kalian bersengketa, maka hukumnya kembali kepada Allah. Allah-lah yang memberikan keputusan di antara kalian dan menjelaskan hukumnya.” Hal senada dinyatakan oleh Imam Ibnu Katsir di dalam tafsirnya.

Dengan demikian Al-Quran dan As-Sunnah, yakni Islam dan syariahnya, seharusnya dijadikan standar kehidupan dalam menilai, memandang dan memutuskan; bukan sebaliknya, yakni malah menempatkan syariah dan ajaran Islam sebagai perkara yang dinilai. Padahal ajaran Islam disampaikan langsung oleh Nabi Muhammad dari wahyu Allah SWT dan bahkan Al-Quran telah dijaga kemurniannya hingga akhir zaman. Akhirnya muncul sebuah pertanyaan, apa lagi alasan kita untuk tidak segera menerapkannya?

Sehingga selayaknya, pemikiran, budaya, norma, nilai-nilai, ajaran, falsafah, aturan dan sebagainya harus diukur dengan Islam. Apakah semua itu sesuai dengan syariah Islam atau tidak. Jika menyalahi syariah Islam, maka semua itu harus diubah agar sesuai dengan syariah Islam atau ditolak dan ditinggalkan.

Bukan sebaliknya, ajaran dan syariah Islam justru diposisikan sebagai perkara yang dinilai dan distandarisasi dengan selainnya. Lalu jika tidak sesuai, Islam yang diubah agar sesuai; atau Islam dan syariahnya hanya diterima sebagian dan dinafikkan yang sebagian. Sikap demikian adalah batil, menyalahi keimanan atas kebenaran Islam dan tidak layak keluar dari seorang Muslim.

Sebagai hikmah, dalam surat Al-Hasyr Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (Al-Hasyr [59]:7).

Demikianlah cara kita menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup, semoga tulisan singkat ini dapat menjadi bahan renungan dan sebagai pengingat para pembaca dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan selalu mengutamakan mencari keridhoan Allah SWT. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Miranthi Faizaqil Karima, Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran


latestnews

View Full Version