View Full Version
Kamis, 27 Sep 2018

Ulama Dipersimpangan Jalan Demokrasi

Oleh: Meldawati (Pemerhati Sosial)

Hari ini demokrasi yang mengagungkan ide kebebasan berpendapat atas nama HAM (hak asasi manusia) hanya sebagai slogan saja, tidak berlaku untuk kaum muslim terlebih mereka yang kritis.

Terlihat pasca kekalahan pemilihan Gubernur jakarta tahun lalu, dengan mengusung haram memilih pemimpin kafir melalui refresentasi umat dalam Aksi Bela Islam (ABI) yang di pelopori oleh Habieb Rizieq Shihab dan para Ulama lainnya. Kesadaran umat akan kebangkitan Islam tanpaknya semakin masif dan mulai di perhitungkan oleh para politikus kemana arah arus perpolitikan yang akan  membawa angin segar ke tengah-tengah umat yang menginginkan perubahan.

Tetapi sayangnya kesadaran umat akan kebangkitan islam tanpaknya mendapat reaksi keras terhadap rezim sekuler yang telah jelas memusuhi islam. Penguasa begitu masif dan kuat untuk membungkam para ulama, tokoh intelektual, politisi dan mahasiswa sampai wadah organisasi dakwah islampun yang  kritis mengoreksi penguasa terhadap kebijakan-kebijakan politik umat.

Hari ini melalui kekuasaannya penguasa dengan menggunakan aparat dan ormas yang sejalan dengan kepentingannya mulai menggebuk, mempersekusi ulama-ulama yang berseberangan dengan kepentingannya dengan melarang ceramah di berbagai tempat untuk tidak berbicara politik atas dasar menjaga kedaulatan NKRI, Pancasila, Kebhinekaan dan UUD45 yang tentunya akan menimbulkan perpecahan di antara umat dan upaya makar.

Hal ini terjadi pada  pelarangan beberapa Ulama yang isi dakwahnya mengoreksi  kebijakan-kebijakan Pemerintah yang dianggap tidak adil kepada rakyat. Diantara para ulama tersebut adalah seperti Ust. Abdul Somad, Gus Nur, Habieb Rizieq Shihab, Ust. Alfian Tanjung, Ust. Felix Siauw, Ust. Ismail Yusanto dan lain sebagainya.

Seperti dilansir sebuah media (cnnindonesia.com), misalnya, ceramah Ust. Abdul Somad yang sering membahas persoalan politik umat islam. Beberapa waktu lalu mendapat penolakan dari kelompok tertentu dan melaporkannya kepada aparat kepolisian setempat untuk tidak memberikan ijin penyelenggaraannya. Hal ini disampaikan oleh  Kapolres Metro Tangerang Selatan, AKBP Ferdy Irawan, bahwa pihaknya telah menerima laporan penolakan kegiatan tersebut.

Ferdy Irawan mengatakan bahwa upaya penolakan Ust. Abdul Somad untuk berceramah adalah sebagai bentuk antisipasi supaya tidak terjadi gesekan ditengah masyarakat, khususnya masyarakat Tangerang. Kapolres Tangsel juga meminta ceramah dan acara-acara sejenisnya agar tidak membahas persoalan politik. Sebagaimana yang Ia sampaikan, "Yang jelas kami sudah ingatkan panitia agar dalam ceramah jangan ada membahas politik, murni masalah keagamaan pasti kita berkenan izin dengan catatan tidak ada politik praktis,".

Itulah fenomena yang terjadi ditengah-tengah masyarakat akhir-akhir ini, dimana dakwah dan ceramah keagamaan yang benuansa politik mengalami "persekusi". Padahal Politik adalah salah satu bagian penting didalam ajaran islam. Dengan pemahaman politik yang baik dan benar sesuai dengan ajaran islam akan mampu mencerdaskan umat dalam konteks urusan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Disinilah peran ulama sangat dibutuhkan untuk memahamkan masyarakat. Dan sejatinya Ulama dalam pandangan Islam merupakan tonggak kebangkitan umat dan sebagai penyambung lidah ajaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul,  seperti dikatakan dalam sebuah hadist. “Ulama adalah pewaris Nabi,” (HR. Imam Al Tirmidzi).

"Di katakan ulama sebagai pewaris nabi, merupakan penerus estafet perjuangan para Nabi untuk membina umat dan memahamkan umat akan seluruh ajaran islam.

Sebagaimana diketahui bahwa Islam adalah sebuah agama sekaligus juga mabda,  di mana didalamnya terdapat konsep Aqidah Ruhiyah yang membahas tentang dasar-dasar keimanan, syahadat, sholat, puasa, zakat, haji, akhlak, konsep pahala-dosa, dan lain sebagainya. Disamping itu juga terdapat ajaran yang membahas konsep Aqidah Islam sebagai Mabda yang didalamnya membahas tentang siyasah/politik pengaturan umat, sosial, budaya, ekonomi, hukum, pendidikan, dan sebagainya.

Terlihat jelas dalam sistem Islam bahwa politik tidak bisa di pisahkan dengan  agama. Sebuah kejahilan ketika ulama yang hadir di tengah-tengah umat untuk memahamkan bahwa Islam juga mengajarkan Politik dalam konsep pengaturan kehidupan masyarakat malah dihadang, dibubarkan, dan bahkan diintimidasi. Sangat jelas, ketika politik islam  dijauhkan dari umat dan ulama ini menjadi bukti upaya sekulerisasi (memisahkan agama dari kehidupan) yang massif untuk menyingkirkan peran islam dalam pengaturan kehidupan.

 

Sistem Sekuler Kapitalisme Biang Kerusakan atas Kehidupan Umat.

Di terapkannya ideologi sekuler kapitalisme di negeri-negri muslim merupakan kehancuran umat, bagaimana tidak ? Sistem yang berasal dari hawa nafsu yang lahir dari aqidah sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) materialistis, semakin menjauhkan umat dari sang pencipta (Allah swt). Umat yang terbaik yang Allah janjikan hanya menyisakan umat yang lemah dan terpuruk di berbagai sendi kehidupan, pun ketika politik di jauhkan dari islam hanya untuk melanggengkan kekuasaan kafir penjajah untuk tetap menguasai negeri-negeri muslim.

 

Politik dalam Pandangan Islam.

Sebagai hukum dan pandangan yang berkaitan dengan cara bagaimana masyarakat diatur dan dikelola dengan hukum islam, jadi jelas politik islam mengurus urusan umat dengan menerapkan hukum Islam baik dalam dan luar negeri.

Hanya dengan penerapan Islam sebagai mabda yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, yang akan mengembalikan kebangkitan Islam dan menjadikannya Negara Adidaya baru dengan menghadirkan peradabaan yang agung dan menjadikan umat islam sebagai umat terbaik di dunia. Wa'allahu a'lam bishwab. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version