View Full Version
Selasa, 28 Jul 2020

Bumi Pertiwi Disapa Resesi

 

Oleh:

Sri Lestari, ST || Wirausaha dan Pemerhati Sosial

 

SERANGAN virus corona di bumi pertiwi semakin mengerikan dan mengkhawatirkan. Hingga Kamis 23 Juli, kasus Covid-19 di bumi pertiwi sudah menembus 93.657 kasus. Sungguh angka yang fantastis dan histeris.

Ditengah pandemi yang tak kunjung usai, kini bumi pertiwi disapa kado pahit yakni resesi. Menurut Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad, resesi dapat dilihat masyarakat dari beberapa tanda. Antara lain pendapatan yang menurun, kemiskinan bertambah, penjualan khususnya motor dan mobil anjlok dan sebagainya.

"Misalnya mulai triwulan III-2020, kalau pasar kebutuhan pokok saya kira tidak ada perubahan. Tapi kalau mal-mal masih sepi ya itu menunjukkan resesi. Jadi masyarakat terlihat jelas mulai banyak yang kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya," ujar Tauhid. (Detikcom).

Bukti resesi bagi perbankan menurut Tauhid, meningkatnya angka kredit macet alias non performing loan (NPL). Sementara, di Pemerintah bukti resesi juga dapat dilihat dengan meningkatnya angka utang luar negeri.

"Pemerintah ditunjukkan oleh jumlah utang yang semakin banyak. Jumlah utang mendadak, tambahannya tahu-tahu besar sekali," ujar Tauhid.

Resesi yang terjadi sangat ampuh melahirkan permasalahan baru. Yakni terjadi ledakan gelombang pengangguran, yang berujung orang miskin semakin bertambah. Permasalahan ini muncul ke permukaan kerana terjadi penurunan seluruh aktivitas ekonomi.

Sebagaimana yang diungkapkan Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto. "Saya rasa dampak yang paling besar itu tingkat pengangguran dan kemiskinan," ujar Eko.(Detikcom).

Melihat realita, resesi sudah di depan mata. Untuk menghadapi resesi, para ahli mendorong masyarakat mengantisipasi dengan gaya hidup hemat dan menyiapkan alternatif pekerjaan.

Sebagaimana Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira mengatakan masyarakat harus berhemat mulai dari sekarang untuk menyiapkan dana darurat selama resesi. Sebab tidak ada yang mengetahui akan berlangsung sampai kapan jika resesi benar terjadi.

"Kurangi juga belanja yang tidak sesuai kebutuhan dan fokus pada pangan serta kebutuhan kesehatan. Jadi jangan latah ikut gaya hidup yang boros. Pandemi mengajarkan kita apa yang bisa dihemat ternyata membuat daya tahan keuangan personal lebih kuat," ujarBhima. (detikcom).

Resesi yang terjadi sangat erat hubungannya dengan sistem ekonomi yang dibangun di negeri ini yakni ekonomi kapitalis. Sistem ekonomi kapitalis didasarkan pada asas kebebasan yang  meliputi kebebasan kepemilikan harta, kebebasan pengelolaan harta, kebebasan mendapatkan harta dan kebebasan konsumsi. Dari kebebasan ini, setiap individu boleh memiliki berbagai kekayaan yang diinginkannya dan cara yang disenanginya.

Maka dari sini, menjadi kewajaran jika kekayaan alam yang melimpah ruwah di bumi pertiwi  sebagian besar dikuasa oleh pengusaha-pengusaha besar baik pengusaha lokal maupun non lokal alias asing. Seperti tambang minyak, emas, perak, batu bara, pasir, danau, sungai dan sebagainya saat ini dikuasai oleh pengusaha. Dari asas yang seperti ini tidak dipungkiri akan melahirkan kantong-kantong pengusaha yang berdompet tebal.

Asas kebebasan ini juga sangat berpeluang melanggar segala nilai moral karena akan melahirkan sosok manusia bertabiat yang kuat dialah yang hebat dan berkuasa. Sehingga dalam memiliki kekayaan sesuai dengan apa yang diinginkan, tanpa melihat dampak bagi masyarakat lain.

Selain itu, institusi utama sistem ekonomi kapitalis yaitu sistem perbankan, sistem perusahaan kapitalis (PT), dan sistem uang kertas (fiat money) sangat rentan melahirkan permasalahan baru yakni krisis ekonomi dan moneter. Pasalnya pergerakannya ribawi dan non riil. Begitu nyata, resesi yang menyapa bumi pertiwi merupakan permasalahan sistematis. Tidak cukup dalam menyelesaikannya hanya dengan gaya hidup hemat. Tidak ada jalan lain, dalam menuntaskannya dengan sistem ekonomi yang tangguh dan kebal terhadap krisis, resesi bahkan depresi.

Islam sebagai agama Ilahi memiliki seperangkat aturan dalam sistem ekonomi. Sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang kebal terhadap krisis, resesi bahkan depresi. Sistem ekonomi Islam dibangun diatas tiga asas, yaitu kepemilikan, pengembangan harta dan distribusi kekayaan.

Dalam kepemilikan kekayaan, Islam tidak memberikan kebebasan kepada manusia untuk memiliki harta. Harta yang boleh dimiliki oleh individu hanyalah harta kepemilikan individu, seperti rumah, kendaraan, perindustrian. Kepemilikan umum dan negara tidak boleh dimiliki oleh individu. Seperti hutan, tambang emas, perak, batu bara, pasir, teluk, danau, sungai, kharaj, jizyah dan sebagainya.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

اَلْمُسْلِمُوْنَ شُرَكَاءُ فِي ثَلاَثٍ: فِي الْكَلأِ، وَالْمَاءِ وَالنَّارِ

Kaum Muslim sama-sama membutuhkan tiga perkara: padang, air dan api. (HR Abu Dawud dan Ibn Majah).

Pengembangan harta dalam ekonomi Islam anti dengan riba, judi, komoditas non riil dan sejenis lainnya. Pengembangan harta dilakukan dengan cara-cara yang nyata seperti jual beli, kerjasama syirkah dalam bidang pertanian, perindustrian maupun perdagangan. Pengembangan terhadap harta kepemilikan umum meskipun pengelolaan diserahkan kepada negara, negara tidak akan memberi peluang kepada pengusaha untuk menguasainya.

Selain itu, mata uang yang dipakai dalam Islam yaitu emas dan perak. Mata uang ini sangat kokoh dan stabil karena memiliki nilai intrinsik dan menjamin kestabilan moneter. Dengan pengembangan harta seperti ini, maka kestabilan ekonomi dapat terjaga.

Distribusi kekayaan di tengah-tengah manusia juga dengan pengaturan yang komplet dan tepat sasar. Pendistribusian kekayaan dilakukan secara hati-hati agar kekayaan tidak hanya berputar pada orang-orang kaya saja. Dalam pendistribusian kekayaan negara memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada rakyat untuk bekerja di sektor pertanian, Industri dan perdagangan.

Menimbun harta seperti emas, perak,  uang sangat dilarang keras dalam sistem ekonomi Islam karena mampu menghambat distribusi harta. Selain itu, memonopoli harta juga dilarang karena dapat mendistorsi pasar. Para pelaku korupsi dan suap benar-benar disumbat, karena mampu mengakumulasikan kekayaan pada pihak yang kuat semata.

Pendistribusian harta juga dilakukan dalam mekanisme non ekonomi. Dalam hal ini, aktivitas yang dilakukan seperti pemberian harta kepada warga negara yang memerlukan, pemberian harta zakat, infaq dan pemberian harta waris kepada ahli waris.

Dengan menata ulang sistem ekonomi negeri ini sesuai dengan sistem ekonomi Islam, maka resesi yang kini menyapa bumi pertiwi dapat dihindari. Karena sistem ekonomi Islam, bertumpu pada asas yang nyata dan kokoh.*


latestnews

View Full Version