View Full Version
Jum'at, 07 Aug 2020

Keajaiban yang Abadi

Oleh: Annisa Pratiwi

Al Quran merupakan sebuah keajaiban milik Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam yang Allah turunkan kepadanya secara terpisah berdasarkan kejadian tertentu. Hikmahnya adalah untuk memperteguh hati Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan hati para muslimin, serta mempermudah bagi mereka untuk menghafalnya. 

Allah Ta’laa berfirman:

“Dan orang-orang kafir berkata, ‘Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) sekaligus?’ Demikianlah agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya (Al Quran) dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan dan benar).” Al Furqan: 32.

Rasululllah shalallahu ‘alaihi wasallam memiliki keajaiban yang lain termasuk, terbelahnya bulan dan keluarnya air di antara jari-jarinya. Sama halnya seperti rasul-rasul sebelumnya yang memiliki keajaiban seperti, tongkat nabi Musa ‘alaihissalaam; unta nabi Sholih ‘alaihissalaam. Namun, semua keajaiban-keajaiban itu telah pergi bersama dengan kepergian mereka, yang tersisa hanyalah rangkaian cerita untuk sebuah pelajaran bagi umat selanjutnya. Adapun keajaiban Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam merupakan keajaiban yang abadi yakni Al Quran Al Karim yang tetap terjaga hingga hari akhir.

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.” Al Hijr: 9.

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al Quran ini, mereka tidak akan mendapat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.” Al Isra: 88.

Al Quran memiliki keajaiban dalam gaya, kata-kata dan artinya serta masih banyak hal yang menunjukkan keajaiban Al Quran. Saat ilmu pengetahuan semakin berkembang, lalu bermunculan gambaran-gambaran baru yang mendukung keajaiban ini. Dan di antara gambaran-gambaran terpenting dalam keajaiban ini adalah bahwa Al Quran datang dengan berita dan kisah-kisah umat terdahulu, mencakup banyak sains dan pengetahuan yang belum diketahui orang sebelumnya, Al Quran juga datang mencakup kepercayaan (akidah), ibadah dan kehidupan sosial, politik serta ekonomi masyarakat.

“… dan Kami turunkan Kitab (Al Quran) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu…” An Nahl: 89.

 Turunnya Al Quran secara berangsur-angsur kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan perantara malaikat Jibril ‘alahissalaam.

“Yang dibawa turun oleh Ar Ruh (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas.” Asy Syu’ara: 193-195.

Al Quran terbagi menjadi dua kelompok yakni Al Makiy dan Al Madaniy. Al Quran Al Makiy adalah surat-surat dalam Al Quran yang diturunkan sebelum hijrah ke Madinah, meskipun diturunkannya di luar Mekkah. Sementara itu Al Quran Al Madaniy ialah kumpulan surat-surat Al Quran yang diturunkan setelah hijrah meskipun turunnya di dalam kota Mekkah.

Kebanyakan dari surat-surat Al Makiy adalah kumpulan surat pendek dalam Al Quran supaya mudah untuk dihafal. Al Quran Al Makiy juga mencakup topik seperti, tauhid (keesaan Allah); seruan dakwah kepada Islam; hari kiamat; kisah-kisah para nabi dan rasul terdahulu ‘alaihimussalam dan lainnya, yang jumlahnya setara dengan dua pertiga Al Quran. Sedangkan Al Quran Al Madaniy merupakan kumpulan surat-surat dan ayat-ayat yang panjang serta mencakup topik-topik yang baru seperti, berbagai kewajiban; batasan-batasan (hudûd); hak-hak dan perjuangan (jihad); dan lain sebagainya.

Butuh dua puluh tiga tahun lamanya Al Quran turun secara berangsur-angsur, dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memiliki kuttab (para penulis) yang menuliskan Al Quran untuknya. Setiap kali sebuah ayat atau beberapa ayat diturunkan, beliau memerintahkan mereka untuk menulisnya dan mengatakan kepada mereka, “Letakkan ayat ini atau ayat-ayat ini dalam surat ini dan itu.” Pada saat itu Al Quran belum dikumpulkan dalam satu mushaf semasa hidup Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, Al Quran pertama kali disusun pada masa khilafah pertama Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu semasa hidupnya.

Kemudian beralih ke khalifah Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhu hingga ketika beliau wafat, Al Quran itu dijaga oleh putrinya Hafshah radhiyallahu ‘anha lalu menyerahkannya kepada Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu yang memerintahkan agar Al Quran disusun/digabungkan dalam satu mushaf, khawatir akan adanya perbedaan yang masuk ke dalamnya dari tangan banyak orang mengenai Al Quran, setelah perselisihan dan fitnah hampir terjadi antara umat Islam dalam masa penaklukan/peperangan.

Beliau pun memerintahkan agar para katib menulis salinannya dan mengirim satu mushaf ke masing-masing negara dan menyimpan satu salinan darinya. Mushaf itu adalah Al Mushaf Al Imam. Wallahu a’laam.

*) Diterjemahkan dari: المعجزات الخالدة

Annisa Pratiwi 
Annisa Pratiwi 


latestnews

View Full Version